Berita  

Tanda Perekonomian Warga RI Sulit, Bisa Terlihat dari Paylater

Tanda Perekonomian Warga RI Sulit, Bisa Terlihat dari Paylater

Jakarta – Utang penduduk Tanah Air pada layanan paylater telah lama mencapai triliunan rupiah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan total outstanding utang yang disebutkan mencapai Rupiah 30,36 triliun per November 2024, lebih besar tinggi dari outstanding utang bulan sebelumnya, yakni Mata Uang Rupiah 29,66 triliun.

Sementara itu, data Pefindo Biro Kredit (IdScore) menggambarkan, infrastruktur Pay Later sejumlah digunakan untuk pembelian barang sekunder, yaitu sebesar 41,9%, seperti kegiatan menggunakan QRIS juga lainnya. Kemudian, pembelian di e-commerce sebesar 33%, pembelian tiket untuk bepergian sebesar 21,1% dan juga 4% untuk pembelian dengan segera pada toko.

“Saat ini kemungkinan besar keinginan pay later adalah untuk permintaan sekunder atau untuk gaya hidup saja,” ungkap Direktur Utama IdScore Tan Glant Saputrahadi pada media gathering dalam Jakarta, disitir Hari Sabtu (18/1/2025).

Direktur Kondisi Keuangan Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda melihat, sarana pay later merupakan cara yang tersebut paling mudah-mudahan bagi warga untuk mendapatkan pembiayaan. Pasalnya, dia masih butuh pembiayaan untuk membeli barang pada berada dalam kondisi ekonomi yang mana sulit.

“Mereka tiada punya uang, untuk memenuhi permintaan ataupun gaya hidup. BNPL berubah menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat,” ungkap Nailul Huda terhadap CNBC Indonesia.

Selain kemudahan pengajuannya secara digital, BNPL dinilai membantu para generasi muda Tanah Air yang ketika ini sejumlah mengemban beban finansial dari warga tuanya alias sandwich generation.

“Generasi muda kita juga berbagai yang mana sandwich generation pada mana dia mau pinjam ke keluarga juga tak mungkin. Pilihannya ya melalui teknologi, salah satunya BNPL. Selain itu, bagi rakyat unbanked serta underbanked, mereka sulit mengakses perbankan,” terangnya.

Namun demikian, Huda mengamati terdapat prospek gagal bayar yang mana naik seiring dengan pola konsumsi seperti ini. Selain itu, dampak negatif lainnya adalah perpindahan alokasi pengeluaran untuk sektor tertentu untuk membayar bunga dari BNPL.

Untuk diketahui, kredit macet atau non performing loan di BNPL pada November 2025 tercatat sebesar 3,21%. Meski demikian, bilangan bulat ini telah terjadi turun dari titik tertingginya 6,66% dalam bulan September 2023,

Sebagaimana diketahui daya beli rakyat bermetamorfosis menjadi pembahasan hangat sejak pertengahan tahun 2024. Sejumlah indikator menunjukkan daya beli warga melandai.

Berdasarkan catatan kelompok riset CNBC Indonesia, ke antaranya adalah deflasi selama lima bulan beruntun (Mei-September 2024), anjloknya transaksi jual beli mobil, fenomena makan tabungan, berkurangnya tabungan ke masyarakat, anjloknya kelas menengah, hingga jualan ritel untuk beberapa sektor yang mana ambruk.

Melemahnya daya beli bahkan bergabung menyeret aktivitas manufaktur Indonesia PMI Industri Manufaktur ke jurang koreksi. Angka PMI Industri Manufaktur terkoreksi selama lima bulan beruntun (Juli-November 2024).

Next Article Gen Z kemudian Milenial Nunggak Kredit Macet Paylater Rupiah 990 Miliar

Artikel ini disadur dari Tanda Ekonomi Warga RI Sulit, Bisa Terlihat dari Paylater

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *