Berita  

Tabungan Warga RI Makin Seret, DPK Cuma Tumbuh 4,21% Tahun Lalu

Tabungan Warga RI Makin Seret, DPK Cuma Tumbuh 4,21% Tahun Lalu

Jakarta – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengungkapkan situasi tabungan warga makin seret pada akhir 2024. Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengakui bahwa daya beli rendah memang benar masih bermetamorfosis menjadi tantangan yang digunakan berpengaruh ke peningkatan dana pihak ketiga (DPK).

Ia mengungkapkan perkembangan DPK sepanjang tahun lalu, sempat kencang dengan pertumbuhan 9% secara tahunan (yoy), namun kemudian turun ke 8% yoy, 7% yoy, hingga bertahan di dalam kisaran 6% yoy. Bahkan, Purbaya mengungkapkan, DPK hanya saja bertambah 4,21% per Desember 2024, berjauhan pada bawah perkiraan LPS.

Hal ini menunjukkan bahwa fenomena warga makan tabungan alias “mantab” masih terjadi, kemudian mungkin saja akan datang berlanjut untuk sementara waktu, hingga ekonomi RI mulai pulih. Purbaya memperkirakan perekonomian akan mulai pulih di pertengahan triwulan II-2024.

“Kita sih masih memperkirakan sampai sekarang, ini hanya saja sementara dan juga perekonomian akan mulai recover di pertengahan triwulan ke-2, triwulan ke-3, juga triwulan ke-4,” kata Purbaya ketika Forum Pers TPB LPS, Kamis (23/1/2025).

Ia melanjutkan, pemulihan dunia usaha mulai terbentuk di mana program-program pemerintah mulai berjalan. Begitu pula dengan kemungkinan keadaan kegiatan ekonomi global yang digunakan akan membaik. Lantas, LPS memprediksikan DPK akan bertambah dalam kisaran 6% hingga 7% tahun ini.

“Jadi kita prediksi, akan tambahan baik sektor ekonomi melebihi sebelumnya juga daya beli pun akan membaik. Kita prediksi DPK berkembang antara 6% sampai 7% untuk tahun 2025,” ujar Purbaya.

Pada kesempatan yang tersebut sama, ia juga mengungkapkan bahwa dampak pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump masih terlalu dini untuk diperkirakan dampaknya terhadap perekonomian domestik.

Purbaya memaparkan hal itu terlihat dari bervariasi target perekonomian pemerintah, di hal ini Bank Indonesi (BI), hingga Otoritas jasa keuangan (OJK) yang belum merubah kebijakannya. Walaupun, bursa mengatakan Trump menciptakan instabilitas dalam lingkungan ekonomi bola akibat pengenaan tarif impor.

Namun demikian, Purbaya menyoroti langkah pertama kepemimpinan Trump yang dimaksud berdampak positif terhadap unsur geopolitik, yakni meredanya pertempuran dalam Kawasan Gaza dan juga sinyal akan redanya pertempuran Rusia-Ukraina.

“Tapi kalau kita lihat, ada satu dampak positif yang digunakan kita bisa jadi cermati dengan segera dari langkah pertama beliau. Jadi, konflik kelihatannya akan berhenti. Kawasan Gaza secara tiba-tiba damai. Rusia-Ukraina juga kira-kira akan ditekan ke arah sana,” jelasnya.

Purbaya menegaskan yang tersebut wajib diwaspadai pada waktu ini adalah ketidakpastian sektor ekonomi hingga peperangan dagang yang digunakan muncul dalam negara-negara kegiatan ekonomi terbesar dunia. Selain itu, Trump mendeklarasikan kebijakan America First yang tersebut akan menciptakan sektor ekonomi Amerika Serikat akan menguat yang tersebut memberikan efek terhadap perekonomian seluruh bola yang digunakan positif.

“Kalau Amerika meningkat bagus, yang mana lain juga ikut. Karena Amerika banyak impor dari negara lain salah satunya Negara Indonesia lalu China,” pungkasnya.

Next Article Bos LPS Sebut Tabungan Publik Berpeluang Tumbuh Double Digit

Artikel ini disadur dari Tabungan Warga RI Makin Seret, DPK Cuma Tumbuh 4,21% Tahun Lalu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *