Jakarta – Hasil Survei Orientasi Bisnis Lembaga Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (SBPO) triwulan IV-2024 menyebutkan bahwa sebagian kecil bank merasa pesimistis dapat mencapai target rencana industri bank (RBB) 2024.
Berdasarkan survei tersebut, utamanya disebabkan oleh unsur peningkatan kelas menengah ke bawah yang mana masih terbatas sehingga pertumbuhan pendapatan melambat, yang dimaksud berpengaruh baik pada permintaan kredit maupun pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Selain itu, para bank responden mengutarakan persaingan suku bunga yang mana cukup ketat antar bank berubah menjadi salah satu aspek pesimisme pencapaian target.
Mengingatkan saja, OJK mencatatkan data pada September 2024, perkembangan kredit perbankan melambat berubah menjadi 10,85% secara tahunan atau year on year (yoy) bermetamorfosis menjadi Rp7.579,25 triliun. Sebulan sebelumnya, kredit perbankan bertambah 11,40% yoy.
Pada periode yang mana sama, Bank Indonesia (BI) mencatat simpanan berjangka rupiah serta valuta asing (valas) berkembang 4,6% yoy. Pertumbuhan itu turun dari sebulan sebelumnya sebesar 5,4% yoy.
Bank swasta terbesar kedua RI PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) sudah merevisi target perkembangan kredit tahun ini berubah menjadi 6%. Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengutarakan ada beberapa tantangan yang dimaksud sedang dihadapi pihaknya.
“Saat ini cost of fund (beban pendanaan) masih tinggi, ditambah daya beli kelas menengah yang digunakan agak menurun. Sehingga juga memberikan tantangan terhadap pertumbuhan loan (kredit) maupun DPK,” ucapannya pada waktu dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (26/11/2024).
Lani melanjutkan, “Tidak heran apabila untuk memenuhi RBB akan challenging juga.”
Karena besaran beban pendanaan tidaklah seperti yang dimaksud diharapkan CIMB Niaga, bank itu merevisi target peningkatan kredit berubah menjadi lebih tinggi kecil. “Karena akan tidaklah kondusif untuk kualitas aset dalam kemudian hari, apabila dipaksakan,” pungkas Lani.
PT Bank Oke Nusantara Tbk. (DNAR) atau OK Bank juga telah terjadi merevisi target perkembangan DPK pada Juni lalu. Direktur Kepatuhan OK Bank Efdinal Alamsyah mengutarakan pesimistis di SBPO terbaru merefleksikan tantangan kegiatan ekonomi pada waktu ini.
“Kita ada revisi penurunan terhadap target DPK (konsekuensi nya ada revisi untuk total aset), akan tetapi tak ada revisi untuk target loan serta laba,” kata beliau pada waktu dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (28/11/2024).
Pada bulan Juni, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) juga sudah pernah merevisi target perkembangan labanya bermetamorfosis menjadi sekitar 1% untuk akhir tahun 2024. Penurunan itu sangat signifikan dari target laba yang tersebut awalnya dua digit sebesar 10% hingga 11%, sebagaimana tertera pada materi analyst meeting per Juni 2024.
Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu mengungkapkan penyebabnya adalah tekanan biaya pendanaan atau cost of fund (CoF) yang terdongkrak oleh kenaikan suku bunga acuan. Maka demikian, ia mengemukakan bank pelat merah itu lebih besar baik menurunkan target daripada tidaklah sanggup memenuhi ekspektasi.
“Saya mendingan nurunin, tapi saya bisa jadi deliver daripada saya janjiin, tapi saya nggak mampu deliver. Jadi, saya mesti realistis, cost of fund ini kan naik terus,” kata beliau selepas acara Akad Massal KPR & KUR BTN pada Perumahan Pesona Kahuripan 9, Daerah Bogor, Rabu (31/7/2024) lalu.
Senior Vice President Lembaga Pembangunan Bank Nusantara (LPPI) Trioksa Siahaan menyimpulkan keadaan pada waktu ini adalah persaingan untuk mendapatkan likuiditas. Hal ini disebabkan oleh tren suku bunga acuan yang dimaksud sudah ada mulai turun, namun diprediksi akan datang bertahan, bahkan ada kemungkinan naik lagi.
Tantangan yang disebutkan kemudian semakin dipersulit dengan fenomena menurunnya daya beli masyarakat teristimewa yang ke kelas menengah.
“Namun, bila memungkinkan bank harus melindungi jangan sampai kinerjanya menurun. Itu menurut saya sih masih tergolong cukup bagus. Itulah kenapa yang dimaksud memproduksi kinerja bank 2024 ini agak lebih tinggi rendah berbeda dengan tahun sebelumnya,” imbuh Trioksa.
Next Article Bukti Kelas Menengah RI Makin Susah, Terlihat dari Transaksi QRIS
Artikel ini disadur dari Sejumlah Bank Kompak Revisi Target, Ada Apa?