Ibukota – Organisasi gas sektor PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) akan fokus penanaman modal terhadap tiga aspek pada 2025, yakni pengembangan pasar, diversifikasi produk, juga penguatan sumber daya manusia (SDM).
Adapun wilayah strategis prioritas perseroan yaitu Kalimantan Selatan juga Kalimantan Tengah, dengan tujuan menyokong rencana pemerintah pada pengembangan sektor minyak juga gas (migas), pertambangan, kemudian kesejahteraan dalam kawasan itu.
Direktur Utama SBMA Rini Dwiyanti di keterang resmi pada Jakarta, Selasa, menjelaskan komoditas unggulan seperti gas untuk medis, komoditas khusus gas, dan juga layanan jasa seperti leak test, hydrotest, serta vacuum test akan memperkuat peningkatan perseroan ke depan.
"Kami mengawasi peluang besar di sektor jasa ini untuk memelihara serta meningkatkan layanan ke customer yang ada dengan keahlian tim teknis yang dimaksud telah dilakukan dipercaya," ujar Rini.
Terkait kinerja saham, Head of Research FAC Sekuritas Indonesi Wisnu Prambudi mengamati book value per share (BVPS) saham SBMA berada ke level Rp241, sedangkan harga jual di dalam market Rp118, artinya kedudukan SBMA masih under value.
"Artinya, ada ruang penguatan plus 104 persen apabila kembali ke biaya wajarnya yang dimaksud di level Rp241. Ataupun jikalau kita beri diskon 30 persen dari book value artinya dalam level Rp169, itu pun peluang kenaikan masih cukup menantang yakni di dalam level plus 43 persen," ujar Wisnu.
Selain itu, menurutnya, dari sisi debt to equity ratio (DER) sebesar 0,19 persen, artinya apabila dibandingkan antara utang ke modalnya masuk kategori kecil, juga return on asset (ROA) dalam tiga tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan yang digunakan konsisten,.
Founder Stocknow.id Hendra Wardana menyampaikan keunggulan SBMA yaitu posisinya yang strategis ke Kalimantan, yang mana adanya proyek Ibu Daerah Perkotaan Nusantara (IKN) juga perkembangan bidang smelter di dalam wilayah tersebut.
Menurutnya, fokus perusahaan pada bursa lokal menjadi keuntungan, oleh sebab itu meskipun biaya gas planet naik, permintaan domestik yang mana kuat akan menggalang kinerja perseroan.
"Prospek perkembangan lapangan usaha ke Kalimantan masih berubah menjadi katalis positif yang dapat merawat stabilitas bidang usaha SBMA ke depan," ujar Hendra.
Namun demikian, ia mengingatkan sebagai produsen gas sektor SBMA bergantung terhadap material baku kemudian energi di produksinya.
Apabila nilai tukar gas dunia, khususnya LPG, LNG, atau material kimia seperti kalsium karbida untuk acetylene mengalami kenaikan, ia mengatakan biaya produksi perusahaan sanggup meningkat kemudian mungkin menekan margin keuntungan.
Artikel ini disadur dari SBMA fokus diversifikasi produk hingga penguatan SDM di 2025