Jakarta – Mayoritas emiten batu bara besar terpantau cerah bergairah pada perdagangan pertemuan I Kamis (21/11/2024), ke sedang cerahnya biaya batu bara global dan juga dampak dari merananya rupiah.
Hingga pukul 12:00 WIB, tercatat 11 saham batu bara besar berada di zona hijau pada pembukaan I hari ini, dalam mana enam saham berhasil melonjak tambahan dari 1%, sedangkan sisanya menguat kurang dari 1%.
Saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) berubah menjadi yang paling kencang penguatannya pada sesi I hari ini, yakni melonjak 5,28% ke kedudukan Rupiah 18.950/unit.
Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan pembukaan I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Bayan Resources | BYAN | 18950 | 5,28% |
Delta Planet Makmur | DOID | 650 | 3,17% |
Indo Tambangraya Megah | ITMG | 27450 | 2,81% |
United Tractors | UNTR | 26825 | 1,51% |
Indika Energy | INDY | 1415 | 1,43% |
Alfa Energi Investama | FIRE | 88 | 1,15% |
Prima Andalan Mandiri | MCOL | 5375 | 0,94% |
TBS Tenaga Utama | TOBA | 500 | 0,81% |
Adaro Minerals Indonesia | ADMR | 1320 | 0,76% |
Baramulti Suksessarana | BSSR | 4250 | 0,47% |
ABM Investama | ABMM | 3570 | 0,28% |
Saham batu bara RI secara mayoritas bergairah seiring mulai bangkitnya biaya batu bara dunia, dipengaruhi oleh eskalasi konflik antara Rusia lalu negara Ukraina yang semakin meluas.
Hal ini terjadi pasca Amerika Serikat (AS) mengizinkan tanah Ukraina menggunakan senjata jarak jauhnya, Army Tactical Missile System (ATACMS), menyerang kota-kota Rusia.
Melansir Refinitiv, biaya batu bara global acuan Newcastle untuk kontrak Desember pada Rabu (20/11/2024) tercatat US$142,25 per ton, menguat 0,35% dari kedudukan sebelumnya.
Seperti diketahui, Rusia kemudian negara Ukraina adalah pemasok batu bara untuk Eropa kemudian dunia. Jika peperangan terus berlanjut ada perasaan khawatir mengenai pasokan yang dimaksud terhambat sehingga mengerek harga.
Rudal maut Amerika Serikat sudah pernah digunakan Ukrina untuk menembak beberapa orang target di Bryansk, Rusia pada Selasa lalu. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov yang berada pada KTT G20 Brasil dengan tegas meneriakkan hal yang dimaksud adalah “peningkatan perang”.
Presiden Rusia Vladimir Kepala Negara Rusia juga membalas dengan menyetujui secara resmi doktrin nuklir baru yang dimaksud tampaknya dimaksudkan sebagai “peringatan” bagi Washington. Doktrin yang dimaksud menurunkan batas kapan Rusia dapat menggunakan senjata atom untuk menanggapi serangan yang dimaksud mengancam integritas teritorialnya.
Selain itu, sentimen penopang melesatnya saham-saham batu bara pada RI pada hari ini yakni terkait dengan depresiasi rupiah terhadap dolar AS.
Saham batu bara diuntungkan dari merananya rupiah dikarenakan sebagian besar jualan masih ditopang ekspor dan/atau mayoritas proses di laporan keuangan dicatatkan dengan denominasi dolar AS.
Hal ini tentunya dapat mengerek laba bersih dalam emiten-emiten batu bara serta dampaknya juga akan berimbas ke kinerja sahamnya, dikarenakan dengan semakin tumbuhnya laba bersih emiten batu bara, maka ekspansi akan semakin kencang, kemudian turut menawan pembangunan ekonomi para pelaku pasar.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Next Article Harga Batu Bara Masih Bergairah, Kok Sahamnya dalam RI Merana?
Artikel ini disadur dari Saham Batu Bara Kompak Melesat Usai Dolar Dekati Rp 16.000