Rupiah diperkirakan sulit berbalik menguat terhadap dolar Amerika Serikat

Rupiah diperkirakan sulit berbalik menguat terhadap dolar Amerika Serikat

DKI Jakarta – Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan nilai tukar (kurs) Rupiah akan sulit rebound berbalik menguat lantaran pemodal masih mengantisipasi data Non-Farm Payroll (NFP) Amerika Serikat (AS) dan juga cadangan devisa Tanah Air pada hari terakhir pekan (7/2).

“Rupiah lalu mata uang regional lainnya terpantau melemah pada pembukaan pagi ini, rupiah diperkirakan akan sulit rebound berbalik menguat,” ungkapnya terhadap ANTARA pada Jakarta, Kamis.

Menurut dia, penguatan kurs Rupiah pada dua sesi terakhir didukung aspek kegelisahan pertempuran dagang global yang mereda. Namun, penguatan Rupiah serta mata uang emerging lainnya dinilai takkan berlanjut mengingat ketidakpastian melawan kebijakan Presiden Negeri Paman Sam Donald Trump pada perekonomian maupun kebijakan pemerintah masih akan terus aspek yang dimaksud meredam sentimen investor.

Untuk penundaan rencana kebijakan tarif Amerika Serikat sebesar 25 persen ke Kanada dan juga Meksiko akan kembali menjadi beban saat tenggat waktu 30 hari sudah pernah berakhir.

Terkait situasi domestik, laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang tersebut mencatatkan data pertumbuhan ke melawan 5 persen dianggap masih netral. Artinya, tiada terlalu menekan maupun mengupayakan nilai tukar rupiah. “Faktor US masih sangat mendominasi,” kata dia.

Nilai tukar rupiah (kurs) pada pengaktifan perdagangan hari Kamis di DKI Jakarta melemah hingga 17 poin atau 0,10 persen bermetamorfosis menjadi Rp16.309 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.292 per dolar AS.

Artikel ini disadur dari Rupiah diperkirakan sulit berbalik menguat terhadap dolar AS

Exit mobile version