Berita  

Pembantu Nekat Pakai Gaji Buat Beli Saham, Tak Disangka Malah…

Pembantu Nekat Pakai Gaji Buat Beli Saham, Tak Disangka Malah…

Jakarta – Pada pada waktu Belanda masih menguasai Indonesia, Kongsi Dagang Hindia Belanda (Vereenigde Oost-Indische Compagnie/VOC) mulai mengirimkan saham pertama kalinya pada umum pada tahun 1602 silam.

Tak sulit bagi perusahaan sekelas VOC menjaring investor. Sebagai perusahaan yang digunakan mengedarkan komoditas paling dicari di Eropa alias rempah-rempah, banyak khalayak memprediksi VOC akan sangat berjaya juga memberi keuntungan besar.

Atas dasar inilah, saat mengeluarkan tindakan untuk IPO, orang-orang banyak datang ke Bursa Efek Amsterdam. Terlebih, VOC juga berubah menjadi perusahaan pertama di dalam planet yang mana melakukan initial public offering (IPO).

“Secara keseluruhan, ada 1.143 pemodal yang mana berinvestasi untuk modal awal VOC di dalam Amsterdam,” tulis Lodewijk Petram di The World’s First Stock Exchange (2011).

Dalam aturan, setiap penanam modal berhak memutuskan berapa banyak uang yang mana diinvestasikan. Tak ada batas minimum atau maksimum. Begitu pula perihal asal-usul investor. Siapapun boleh menaruh uangnya dalam VOC.

Alhasil, tak cuma pejabat, bangsawan, kemudian khalayak berduit belaka yang dimaksud bermetamorfosis menjadi investor. Asisten Rumah Tangga (ART) bernama Neeltgen Cornelis juga melakukannya.

Ketertarikan Neeltgen berinvestasi ke VOC berawal dari majikannya, Dirck van Os yang mana kebetulan Direktur VOC. Pada masa-masa IPO sejumlah warga keluar-masuk ke rumah van Os untuk urusan investasi.

Saat itu, perdagangan bursa efek tak seperti sekarang. Semuanya serba manual kemudian dicatat menggunakan kertas. Jadi, wajar apabila rumah Dirck van Os sibuk para investor. Di sedang keramaian itulah, terpantik rasa penasaran Neeltgen.

Dari hati paling di beliau sebenarnya ingin berinvestasi di dalam VOC. Dia percaya VOC akan datang memberi keuntungan besar. Namun, ke sisi lain, ia juga bingung: uangnya dari mana?

Sebagai pembantu, gajinya kurang dari lima puluh sen di sehari. Uang segitu hanya sekali cukup untuk memenuhi keinginan sehari-hari. Alhasil, beliau maju-mundur untuk berinvestasi dari hari ke hari.

Hingga akhirnya, dalam penghujung Agustus ketika penawaran perdana saham akan VOC ditutup, beliau berubah pikiran.

“Dia berpikir akan selalu menyesal apabila ia tidak ada berinvestasi sekarang. Alhasil beliau mengejutkan napas dalam-dalam lalu mengeluarkan uang tabungannya,” tulis Petram.

Dari uang tabungan hasil kerja kerasnya jadi ART disisihkan 100 gulden untuk membeli saham VOC. Dia pun mengutarakan uang yang dimaksud terhadap majikannya.

Nama Neeltgen Cornelis pun tercatat sebagai pemegang daftar saham VOC, meskipun sangat kecil jika dibandingkan dengan yang dimaksud lainnya. Saat itu, bos-bos VOC menaruh uang pada jumlah keseluruhan besar. Ada yang digunakan 85.000 gulden, 65.000 hingga 45.000 gulden.

Lalu, apakah Neeltgen untung dari pembelian saham VOC?

Menurut Petram, iya tapi semata-mata sesaat dikarenakan Neeltgen melepas kepemilikan saham VOC pada Oktober 1603 atau setiap tahun pasca melakukan pembelian. Dia mengirimkan seluruh sahamnya terhadap Jacques de Pourcq.

Padahal, apabila terus-menerus dipegang, uang 100 gulden yang dimaksud bisa saja berubah bermetamorfosis menjadi ribuan gulden. Atau setidaknya, kata Petram, pemegang saham VOC dapat menerima rempah-rempah setiap ketika sebagai bentuk dividen.

Mengingat VOC pada beberapa tahun mendatang sejak IPO terbukti jadi perusahaan terbesar ke bumi berkat sukses memasarkan dan juga menguasai rempah-rempah dari bumi Indonesia.

Next Article Cerita ART Nekat Pakai Gaji Buat Beli Saham, Tak Diduga Malah…

Artikel ini disadur dari Pembantu Nekat Pakai Gaji Buat Beli Saham, Tak Disangka Malah…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *