Jakarta – Harga minyak mentah terpantau cenderung mendatar pada perdagangan hari terakhir pekan (13/12/2024), terpengaruh oleh perkiraan pasokan yang mana melimpah di dalam pangsa minyak tetapi didukung oleh meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).
Per pukul 09:50 WIB, tarif acuan Brent turun tipis 0,03% ke sikap US$ 73,39 per barel. Sedangkan untuk jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) naik tipis 0,04% menjadi US$ 70,05 per barel.
Sementara pada perdagangan Kamis kemarin, tarif minyak global ditutup melemah. Harga Brent ditutup turun 0,15% ke tempat US$ 73,41 per barel, sedangkan WTI melemah 0,38% dalam US$ 70,02 per barel.
Badan Energi Internasional (IEA) menyebabkan sedikit revisi ke melawan terhadap prospek permintaannya untuk tahun depan tetapi masih memperkirakan bursa minyak akan tercukupi pasokannya.
Pada Rabu lalu, OPEC memangkas perkiraan peningkatan permintaannya untuk tahun 2024 pada bulan kelima berturut-turut.
“Jika Anda mengamati data aktual, IEA menyatakan bahwa kelebihan pasokan yang mereka prediksi akan muncul ketika ini juga,” kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group, disitir dari Reuters.
Sementara itu, persediaan minyak global turun hingga 39,3 jt barel pada Oktober sesudah itu sebab rendahnya aktivitas kilang bertepatan dengan peningkatan permintaan minyak global.
Pasar juga mencerna data kenaikan harga produsen Negeri Paman Sam yang tersebut justru lebih tinggi panas dari yang tersebut diperkirakan sebelumnya. Departemen Tenaga Kerja Negeri Paman Sam melaporkan Ukuran Harga Produsen (IHP) Negeri Paman Sam pada November berikutnya meningkat mencapai 3% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi tinggi dari Oktober berikutnya yang digunakan meningkat 2,6%. Angka ini juga tambahan tinggi dari ekspektasi pangsa sebesar 2,6%.
Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHP Negeri Paman Sam bulan tak lama kemudian meningkat mencapai 0,4%, lebih besar tinggi dari Oktober setelah itu sebesar 0,3% juga juga lebih besar tinggi dari perkiraan pangsa sebesar 0,2%.
Pertumbuhan IHP Amerika Serikat sangat kontras dengan IHK Amerika Serikat yang dirilis Rabu lalu, di dalam mana data IHK terbaru telah sesuai dengan pasar.
Pada Rabu lalu, Biro Statistik Tenaga Kerja Negeri Paman Sam melaporkan Skala Harga Customer (IHK) pada bulan berikutnya meningkat 2,7% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Oktober berikutnya yang digunakan bertambah 2,6%.
Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK Negeri Paman Sam pada November berikutnya meningkat 0,3%, dari sebelumnya pada Oktober tak lama kemudian yang tersebut bertambah 0,2%.
Data IHK Negeri Paman Sam pada bulan lalu, baik secara tahunan juga bulanan telah sesuai dengan ekspektasi lingkungan ekonomi sebelumnya. Konsensus lingkungan ekonomi Trading Economics sebelumnya memperkirakan IHK Negeri Paman Sam pada November meningkat 2,7% (yoy) dan juga 0,3% (mtm).
Prediksi bursa akan pemangkasan suku bunga The Fed memang sebenarnya masih tinggi. Berdasarkan perangkat CME FedWatch, probabilitas lingkungan ekonomi yang digunakan memperkirakan pemangkasan suku bunga lebih lanjut lanjut oleh The Fed pada reuni pekan depan nyaris mencapai 94,7%, turun dari perdagangan Rabu kemarin yang tersebut mencapai 98,6%.
Namun, mereka mengindikasikan ekspektasi adanya jeda atau prospek ditahannya suku bunga pada Januari 2025, setelahnya beberapa pejabat The Fed minggu kemudian mendesak kehati-hatian menghadapi laju pelonggaran kebijakan moneter oleh sebab itu perekonomian kekal tangguh.
Di lain sisi, persediaan bensin kemudian sulingan di dalam Amerika Serikat naik tambahan dari yang dimaksud diharapkan minggu lalu, data IEA menunjukkan. Sedangkan permintaan minyak global naik pada tingkat yang digunakan lebih besar lambat dari yang mana diharapkan bulan ini tetapi terus tangguh.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Next Article Permintaan Melemah, Harga Minyak Planet Bergejolak
Artikel ini disadur dari Pasokan Melimpah, Harga Minyak Gak Banyak Gerak