Jakarta, CNBC Indonesia – Utusan Khusus Presiden Lingkup Iklim dan juga Tenaga Hashim Djojohadikusumo mengungkapkan perdagangan dalam bursa karbon pada negeri masih sangat sepi.
Hashim juga menyoroti rendahnya likuiditas di bursa karbon berubah menjadi hal penting yang tersebut harus diselesaikan, sehingga merekomendasikan akses bursa karbon RI untuk bergabung dibuka untuk pelaku bidang usaha karbon internasional.
Sebagai informasi, dari sisi kegiatan perdagangan karbon, secara akumulasi sejak diluncurkannya pada 26 September 2023 hingga 27 Desember 2024, tercatat ukuran operasi mencapai 908.018 ton CO2 ekuivalen, dengan total nilai kegiatan akumulasi mencapai Simbol Rupiah 50,64 miliar. Artinya rerata harga mencapai Simbol Rupiah 55.769 atau nyaris US$ 4 per ton ekuivalen CO2.
Lebih lanjut, Hashim mengungkapkan bahkan setelahnya bursa karbon resmi dibuka untuk pelaku internasional awal pekan lalu, Hari Senin (20/1/2025), bursa karbon RI juga tercatat masih sepi.
“Dua minggu kemudian [sejak bursa karbon dibuka ke internasional], ternyata perdagangannya amat rendah volumenya kecil sekali dari kredit 1,7 jt ton CO2 tersedia, yang digunakan laku hanya sekali 40.000,” ungkap Hashim dalam CNBC Indonesia ESG Sustainability Diskusi 2025, Hari Jumat (31/1/2025).
Artinya total kredit yang dimaksud terserap kurang dari 3% dari suplai yang digunakan tersedia di bursa karbon lokal.
Next Article Jejak Hashim Djojohadikusumo, Pengusaha Besar Adik Prabowo
Artikel ini disadur dari Pasar Karbon RI Ternyata Sepi Peminat, Cuma Laku Segini