DKI Jakarta –
Sementara, laba bidang usaha perusahaan meningkat 1,25 persen (yoy) menjadi senilai Rp87,8 miliar pada semester I 2024 dibandingkan periode identik tahun sebelumnya senilai 86,7 miliar.
Direktur Utama NICL Ruddy Tjanaka di penjelasan resmi di Jakarta, Jumat, memaparkan meskipun dari segi hasil penjualan jualan turun dibandingkan periode tahun sebelumnya, namun dari sisi besar transaksi jual beli meningkat 4,2 persen (yoy) dari 679.066 metrik ton (MT) bermetamorfosis menjadi 707.597 MT.
"Kami cukup gembira menghadapi kinerja enam bulan pertama ke 2024, perseroan berhasil melakukan efisiensi sekaligus mengoptimalkan sumber daya yang digunakan ada di dalam sedang kondisi operasional yang tersebut cukup menantang, yakni adanya kendala curah hujan yang cukup tinggi pada periode Januari hingga Juni 2024, perseroan masih bisa jadi meningkatkan ukuran transaksi jual beli pada semester I tahun ini," ujarnya.
Pada semester I 2024, pelanggan perseroan merosot 11,95 persen (yoy) bermetamorfosis menjadi senilai Rp419 miliar dibandingkan periode identik tahun sebelumnya yaitu senilai Rp476 miliar, yang dimaksud disebabkan oleh sebab itu nilai rata-rata nikel tambahan rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata nikel pada semester I 2023.
Dari sisi neraca, perseroan membukukan total aset yang digunakan meningkat 7,22 persen (yoy) dari sebelumnya Rp856, 8 miliar per 31 Desember 2023 berubah menjadi senilai Rp918,7 miliar per 30 Juni 2024.
Apabila dibandingkan kedudukan neraca juga peningkatan ekuitas sebesar 4,88 persen (yoy) dari Rp745,4 miliar menjadi senilai Rp781,8miliar dari sikap ekuitas per 31 Desember 2023.
Pada 2024, perseroan memiliki target produksi nikel sebesar 2,6 jt MT atau meningkat 41 persen (yoy) dari realisasi produksi pada 2023 sebesar 1,85 MT, target produksi ini juga untuk bijih nikel kadar Ni 1,30 sampai 1,50 persen.
"Peningkatan target produksi ini didasari dengan adanya permintaan market yang digunakan semakin meningkat, lantaran semakin banyak smelter yang tersebut beroperasi," ujar Ruddy.
Saat ini, perseroan sudah pernah mendapatkan persetujuan RKAB periode 2024 sampai 2026 dengan total besar perdagangan yang dimaksud sudah pernah disetujui sebesar 7,8 jt WMT.
Untuk menyokong kinerja operasional juga terpenuhinya target perseroan, pada waktu ini daya membantu infrastruktur tambang yang mana sudah pernah dimiliki, baik berbentuk angkutan jalan tambang juga juga pelabuhan pada tahap peningkatan juga pengembangan untuk beroperasi secara maksimal.
Ruddy optimistis bahwa peningkatan produksi yang disebutkan relevan terhadap supply and demand dengan keadaan perkembangan keperluan sektor nikel yang digunakan semakin meningkat.
"Dukungan pemerintah untuk bidang nikel memberikan optimisme untuk perseroan untuk meningkatkan produksi nikel, dengan adanya peningkatan produksi akan memberikan dampak yang dimaksud positif bagi kinerja operasional serta keuangan kami yang tersebut nantinya akan tercermin di peningkatan laba bersih perseroan. Pada akhirnya, akan memberikan nilai tambah yang dimaksud positif bagi pemegang saham serta stakeholder," ujar Ruddy.
Strategi perseroan pada mencermati adanya tantangan juga prospek ke depan di bidang digitalisasi bidang pertambangan nikel pada hal teknologi operasional akan memberikan dampak terhadap perkembangan kemudian pertumbuhan perseroan ke depan.
Artikel ini disadur dari PAM Mineral cetak laba bersih Rp73,5 miliar pada semester I 2024