DKI Jakarta – Deputy Commisioner Head of Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute Anung Herlianto mengingatkan untuk sektor jasa keuangan (SJK) untuk tak mengabaikan terhadap pengembangan kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang merupakan langkah penanaman modal yang dimaksud strategis.
Ia mengatakan, SDM di dalam sektor ini memainkan peran vital pada memverifikasi organisasi masih agile, kompetitif, juga mampu memunculkan kinerja terbaik di menghadapi dinamika pasar.
“SDM di dalam sektor ini harus dibekali dengan keterampilan terkini juga kemampuan berpikir inovatif untuk mendesain kemudian mengimplementasikan strategi-strategi yang mana efektif di meningkatkan performa baik ke level individu maupun organisasi,” kata Anung pada webinar “How to Achieve Peak Performance in 2025”, pada Jakarta, Jumat.
Ia juga mengingatkan, sektor jasa keuangan terus menghadapi bermacam tantangan dan juga dinamika global yang dimaksud terus berkembang. Pengaruh dari keadaan post-pandemi Virus Corona telah terjadi mengubah berbagai aspek hidup kemudian bisnis, juga dipadukan dengan peningkatan tensi geopolitik yang dimaksud belum akan mereda.
Selain itu, ancaman kemudian kemungkinan global, percepatan life cycle technology, pembaharuan perilaku serta ekspektasi publik, juga isu mendesak terkait dengan inovasi iklim juga telah lama mengubah lanskap sektor keuangan juga menuntut adaptasi usaha model secara fundamental.
Perubahan ini, ujar Anung, menyebabkan sektor jasa keuangan semakin rentan serta menuntut pelakunya untuk lebih besar agile disertai kemampuan adaptasi serta perubahan dengan cepat untuk mengantisipasi setiap inovasi dan juga mampu memanfaatkan potensi dari setiap tantangan yang digunakan ada.
Di sisi lain, sektor jasa keuangan kekal dituntut tak belaka bertahan tetapi juga terus mampu memberikan sumbangan signifikan terhadap peningkatan perekonomian nasional.
Sebagai salah satu pilar perekonomian, Anung menyampaikan bahwa sektor keuangan miliki peperangan strategis di memperkuat lalu menggerakkan perkembangan ekonomi. pemerintahan telah lama menetapkan target pertumbuhan kegiatan ekonomi sebesar 5,2 persen pada tahun 2025, yang dimaksud kemudian akan terus meningkat hingga mencapai 8 persen di lima tahun ke depan.
Target ini, kata Anung, tentunya harus dukungan optimal dari sektor keuangan yang tersebut harus terus memperluas perannya pada memberikan akses pembiayaan inklusif, meningkatkan efisiensi kemudian produktivitas operasional, meningkatkan kekuatan sektor investasi, dan juga memperluas jangkauan layanan keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Selain itu, sektor keuangan juga diharapkan mampu beradaptasi dengan pembaharuan keinginan masyarakat yang dimaksud pada masa kini semakin beragam, ekspektasi yang mana semakin tinggi, juga keinginan layanan yang tersebut lebih tinggi personal dan juga berbasis teknologi.
“Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, sektor keuangan harus didukung oleh SDM yang dimaksud tangguh dan juga kompeten,” kata Anung pula.
Mengingat hal tersebut, Anung berharap para pelaku di sektor keuangan dapat mengoptimalkan acara yang tersebut dihadirkan OJK Institute untuk meningkatkan kompetensi SDM mereka. Webinar serta pelatihan (workshop) yang digunakan diselenggarakan OJK Institute merupakan bagian dari kontribusi terhadap pengembangan sektor jasa keuangan ke depan.
Webinar bertajuk “How to Achieve Peak Performance in 2025” yang mana diadakan Hari Jumat ini merupakan salah satu dalam antaranya. Adapun pada tahun ini, OJK Institute akan menghadirkan kegiatan capacity building terdiri dari 31 webinar yang akan diselenggarakan secara rutin setiap dua hingga tiga kali setiap bulan dengan cakupan topik antara lain ekonomi, keuangan, perbankan, pengamanan konsumen, digital technology, cybersecurity, GRC, sustainable finance, geopolitik, soft skill, leadership, dan juga lainnya.
Selain webinar, OJK Institute secara khusus akan menyelenggarakan 12 kali pelatihan secara offline dengan kontestan yang tersebut terbatas dan juga dipilih secara selektif dari beragam kalangan, termasuk sektor ataupun dari kalangan OJK sendiri.
Cakupan topik pelatihan maliputi digital forensic, keamanan siber, data analytics, climate risk, kegiatan bisnis, juga penerapan sustainable finance untuk Bank Perekonomian Rakyat (BPR) atau sektor keuangan non-bank.
Anung pun meminta pelaku di dalam sektor jasa keuangan untuk memanfaatkan kesempatan yang disebutkan yang tiada belaka sebagai turnamen berbagi pengetahuan, tetapi juga sebagai momen untuk menguatkan komitmen bersatu di mengupayakan kinerja yang tambahan baik.
Artikel ini disadur dari OJK Institute: SJK tak boleh abai terhadap pengembangan kapasitas SDM