Ibukota Indonesia – Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif juga Bursa Karbon (PMDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi menyampaikan bahwa Skala Harga Saham Gabungan (IHSG) telah lama terpengaruh oleh sentimen ketidakpastian ke tingkat global.
"Memang, oleh sebab itu kalau secara global juga masih uncertainty,” ujar Inarno pasca Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) Tahun 2025 ke Jakarta, Selasa.
Selain itu, Ia menyatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) turut mempengaruhi pergerakan IHSG.
“Kita punya dolar juga berlangsung pelemahan. Ini adalah yang digunakan salah satu yang digunakan juga mempengaruhi terhadap indeks,” ujarnya
Dari tingkat global, pada Hari Senin (10/2), Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah lama melakukan penandatanganan kebijakan untuk tarif 25 persen berhadapan dengan impor baja juga meninggikan tarif aluminium bermetamorfosis menjadi 25 persen dari 10 persen, yang mana keduanya akan berlaku pada 4 Maret 2025.
Trump juga berencana menerapkan tarif balasan terhadap negara yang dimaksud mengenakan pajak lebih tinggi terhadap impor AS, yang dimaksud mana kebijakan ini mengikuti tarif sebelumnya yang dimaksud diberlakukan terhadap China.
Dengan rencana kenaikan tarif itu, pelaku bursa takut akan berdampak terhadap kenaikan naiknya harga ke AS, yang tersebut memiliki kemungkinan memproduksi bank sentral Amerika Serikat The Fed akan semakin sulit untuk menurunkan tingkat suku bunga acuannya.
Saat ini, pelaku lingkungan ekonomi sedang menunggu laporan pemuaian utama AS, diantaranya data Skala Harga Customer (IHK) Januari 2024 akan dirilis pada Rabu (12/2), juga klaim pengangguran mingguan awal kemudian Ukuran Harga Produsen akan dirilis pada Kamis (13/2).
Pelaku pangsa juga sedang menunggu pidato Ketua The Fed Jerome Powell dalam hadapan Kongres pada Selasa (11/2) pagi waktu Amerika Serikat (AS) atau pukul 22.00 WIB.
Data penutupan perdagangan Bursa pada Selasa (11/02) sore, IHSG ditutup melemah 116,15 poin atau 1,75 persen ke tempat 6.531,99, sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 11,17 poin atau 1,44 persen ke kedudukan 762,09.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak-banyaknya 1.273.000 kali proses dengan jumlah agregat saham yang diperdagangkan banyaknya 15,94 miliar lembar saham senilai Rp12,67 triliun. Sebanyak 182 saham naik 446 saham menurun, juga 327 tidaklah menggerakkan nilainya.
Artikel ini disadur dari OJK: IHSG terpengaruh sentimen ketidakpastian global