Kondisi Industri Fintech P2P Lending ke Tanah Air Masih Optimal

Kondisi Industri Fintech P2P Lending ke Tanah Air Masih Optimal

Reporter: | Editor:

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kondisi industri fintech peer to peer (P2P) lending ke tanah air masih pada keadaan sehat. Hal ini tercermin dari tingkat TWP90 para pengurus fintech P2P lending yang digunakan masih stabil kemudian di batas aman.

PT Akselerasi Usaha Tanah Air atau Akseleran menyampaikan situasi perusahaan tidaklah mengalami kredit macet, TWP90 perusahaan tercatat ke hitungan 0,18%, bilangan bulat yang disebutkan stabil selama tiga tahun terakhir.

Group ketua eksekutif & Co-Founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan mengemukakan perseroan terus memiliki target bilangan bulat TWP90 bisa saja selalu di dalam bawah 1%. Ia menyebut, kunci mempertahankan TWP90 yang mana rendah adalah assessment pinjaman yang dimaksud prudent.

“Produk yang digunakan kami berikan itu cashflow-based loan product seperti invoice financing, PO financing dan inventory financing,” ujar Ivan terhadap Kontan.co.id, Hari Senin (22/7).

Baca Juga:

Adapun Akseleran mencatatkan, penyaluran pendanaan per Juni 2024 sekitar Rupiah 1,45 triliun, bilangan ini meningkat sekitar 5% secara tahunan dibandingkan periode yang digunakan sejenis tahun lalu. 

Di sepanjang tahun ini, Akseleran berusaha mencapai penyaluran pendanaan sanggup berada pada nomor Mata Uang Rupiah 3,4 triliun, target ini meningkat 20% dari target tahun setelah itu yaitu senilai Mata Uang Rupiah 2,85 triliun.

“Harapannya BI rate tak naik lagi sehingga demand financing bisa lebih lanjut kuat kemudian kami bisa jadi memiliki lebih banyak dealflow,” tuturnya.

Adapun Fintech peer to peer (P2P) lending Modalku menyebut, per 22 Juli 2023, TWP90 perusahaan masih berada ke bilangan bulat 1,8%. Angka yang dimaksud tercatat mengalami sedikit penurunan apabila dibandingkan dengan sikap di dalam Juni 2024.

Country Head Modalku Indonesia Arthur Adisusanto mengatakan, sejak awal pihaknya konsistensi menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential norm) lalu manajemen risiko pada menjalankan proses pendanaan sebagai bentuk strategi mitigasi risiko.

“Kami pasti permanen mengatur kualitas pendanaan agar kekal positif serta menjaga tingkat TWP90 tidak ada melebihi standar institusi keuangan sebesar 5%,” ujar Arthur untuk Kontan.co.id, Awal Minggu (22/7).

Kriteria penilaian kelayakan penerima dana juga terus disempurnakan dengan kalibrasi berkala berdasarkan data historis penyaluran lalu pembayaran kembali. Persyaratan yang dimaksud mengacu pada prinsip 5C (Character, Capacity, Capital, Condition, dan Collateral) sesuai dengan SEOJK Nomor 19 Tahun 2023.

Arthur bilang, langkah- langkah perbaikan juga terus diwujudkan untuk menjaga agar bilangan TWP90 dapat dalam bawah batas institusi keuangan sebesar 5%, khususnya dalam tahap seleksi di mana UMKM mulai mengajukan. Penilaian kredit yang mana komprehensif melalui profil bidang usaha calon penerima dana, riwayat operasi bisnis, lalu penerapan kriteria UMKM yang mana sesuai hasil pendanaan, berubah menjadi strategi untuk meminimalisir prospek risiko.

“Selain itu, dalam tahun ini kami juga intensif menyasar sektor UMKM yang dimaksud berubah menjadi fokus Modalku, seperti sektor perdagangan besar dan eceran, manufaktur dan daur ulang, supplier alat kesehatan, akomodasi serta layanan makanan, lalu sektor hiburan,” kata Arthur.

Hingga pada waktu ini Grup Modalku sudah pernah menyalurkan pendanaan sebesar lebih tinggi dari Rupiah 61,5 triliun untuk tambahan dari 5,1 jt proses UMKM ke Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand juga Vietnam.

Selain itu, kedudukan TWP90 PT Amartha Mikro Fintek atau Amartha juga tercatat masih dalam bawah 5%. Selama tiga tahun terakhir, Amartha telah dilakukan berhasil mempertahankan keadaan TKB90 yang tersebut pada waktu ini tercatat sebesar 98%.

Andi Taufan Garuda Putra – Founder & ketua eksekutif Amartha mengemukakan salah satu cara untuk memverifikasi kualitas portofolio usaha agar permanen berjalan dengan baik, pihaknya mengimplementasikan pendekatan berbasis mesin penilai risko (risk-profiling engine) yang dimaksud didukung oleh AI.

“Teknologi ini memungkinkan Amartha untuk mengukur profil risiko peminjam dengan lebih banyak akurat. Selain memanfaatkan teknologi digital, Amartha juga memberdayakan lebih banyak dari 9.000 tenaga lapangan ke wilayah pedesaan untuk memberikan pendampingan perniagaan kemudian pelatihan literasi keuangan digital terhadap para perempuan peminjam (female borrowers),” kata beliau terhadap Kontan.co.id, Mulai Pekan (22/7).

Berkat strategi mitigasi risiko tersebut, Amartha berhasil mencatatkan keuntungan Korporasi berturut-turut selama tiga tahun terakhir kemudian konsisten menjaga TKB90 yaitu berada di bilangan TKB98.09% atau di bawah rata-rata industri.

Baca Juga:

Selanjutnya:

Menarik Dibaca:

Cek Berita dan juga Artikel yang lain pada



Artikel ini disadur dari Kondisi Industri Fintech P2P Lending di Tanah Air Masih Sehat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *