Jakarta – Rupiah tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca Amerika Serikat merilis data pemuaian konsumen yang mana mengalami kenaikan dibandingkan periode sebelumnya.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,25% pada nomor Rp16.355/US$ pada hari ini, Kamis (16/1/2025). Letak ini selaras dengan penutupan perdagangan kemarin (15/1/2025) yang dimaksud juga terkoreksi 0,34%.
Sementara indeks dolar AS/DXY pada pukul 14:56 Waktu Indonesia Barat turun tipis 0,02% di dalam bilangan 109,07. Angka ini lebih banyak rendah jikalau dibandingkan dengan sikap kemarin yang digunakan berada pada hitungan 109,09.
Rupiah kembali tertekan pada hari ini pasca kemarin Negeri Paman Sam merilis data kenaikan harga konsumen yang tampak memanas.
Tingkat naiknya harga tahunan dalam Negeri Paman Sam naik untuk bulan ketiga berturut-turut menjadi 2,9% pada Desember 2024 dari 2,7% pada November, sesuai dengan ekspektasi pasar. Kenaikan di akhir tahun ini sebagian disebabkan oleh efek dasar yang dimaksud rendah dari tahun lalu, teristimewa untuk energi.
Selain itu, tingkat pemuaian tahunan inti nilai tukar konsumen di dalam Amerika Serikat, yang digunakan tiada diantaranya item seperti makanan kemudian energi, turun berubah jadi 3,2% pada Desember 2024, dari 3,3% di tiga bulan sebelumnya dan juga sedikit ke bawah ekspektasi bursa sebesar 3,3%. Skala tempat tinggal, yang dimaksud menyumbang lebih besar dari dua pertiga dari total kenaikan 12 bulan, naik 4,6% selama dalam setahun terakhir, mencatatkan kenaikan tahunan terkecil sejak Januari 2022.
Kendati kenaikan harga utama sedikit meningkat, ukuran inti yang mana disebut “core CPI” dianggap sebagai indikator yang dimaksud tambahan baik dari tekanan tarif yang mana mendasari. Dengan laju pemuaian di sektor perumahan yang tersebut merosot secara signifikan, para ekonom memperkirakan laporan mendatang tentang Angka Harga Biaya Konsumsi Pribadi (PCE) untuk bulan Desember akan melemah, bahkan kemungkinan besar turun di dalam bawah target 2% yang digunakan ditetapkan oleh Fed.
PCE digunakan sebagai acuan target naiknya harga oleh bank sentral, kemudian pejabat Fed memperkirakan pelambatan yang dimaksud signifikan pada beberapa bulan pertama tahun ini.
Laporan CPI Desember “melanjutkan tren yang digunakan sudah kita saksikan, yaitu bahwa pemuaian melakukan aksi turun menuju target,” kata Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin, untuk wartawan dalam sebuah acara Kamar Dagang Maryland.
“Proses disinflasi tetap berjalan,” kata Presiden Fed New York, John Williams, di pernyataan yang digunakan disiapkan untuk sebuah acara pada Connecticut.
Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 4,25%-4,50% pada pertandingan kebijakan berikutnya pada 28-29 Januari, setelahnya menurunkannya sebesar satu poin persentase penuh pada tiga pertandingan terakhir tahun 2024.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Next Article Reshuffle Bawa Rupiah ke Level Terkuat 6 Bulan, Dolar ke Rp15.500
Artikel ini disadur dari Kabar Penting dari AS Ini Bikin Dolar Naik ke Rp 16.355