Reporter: | Editor:
Harga minyak terpantau masih tertekan pada perdagangan Selasa (23/7). Harga minyak mentah melanjutkan penurunan dari sehari sebelumnya, dikarenakan penanam modal menyimpulkan bagaimana langkah Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk mundur dari bursa pemilihan presiden Negeri Paman Sam dapat berdampak pada pasar.
Berdasarkan data Trading Economics, nilai tukar minyak mentah WTI turun 1,29% ke level US$ 77,38 per barel pada Selasa (23/7) pukul 21.00 WIB. Sedangkan harga jual minyak Brent juga terkoreksi 1,19% ke level US$ 81,42 per barel.
Analis Pasar Mata Uang, Lukman Leong menilai, penurunan harga jual minyak ini oleh sebab itu para peniaga mengutarakan bahwa kebijakan Biden untuk mundur dari pemilihan Amerika Serikat memproduksi analis minyak memperkirakan kemenangan Donald Trump. Trump berpotensi menggalakkan peningkatan produksi minyak mentah Amerika Serikat juga berdampak buruk pada tarif minyak di jangka panjang.
“Jadi saya lihat nilai tukar minyak mentah masih akan turun pada pekan ini lantaran sentimen tersebut,” kata Lukam untuk Kontan.co.id, Selasa (23/7).
Baca Juga:
Lukman menambahkan bahwa sentimen lainnya datang dari analis Morgan Stanley yang dimaksud memperkirakan akan terbentuk surplus minyak mentah planet tahun depan. Apabila OPEC+ tidak ada mempertahankan atau malah meninggalkan kebijakan pemangkasan produksi, maka tarif minyak mentah dapat turun tambahan jauh.
“Walau untuk jangka pendek, data-data menunjukkan inventaris Amerika Serikat justru masih merosot juga membantu tarif minyak,” kata Lukman.
Lukman pun memprediksi, biaya minyak mentah WTI akan berada dalam sekitar US$ 80 per barel-US$ 83 per barel pada kuartal ketiga ini. Sedangkan pada akhir tahun 2024, beliau memperkirakan nilai tukar minyak sanggup mencapai US$ 85 per barel.
“Untuk akhir tahun, proyeksinya saya turunkan berubah menjadi US$ 85 per barel, namun akan tergantung pada penghadapan OPEC ke depannya,” kata Lukman.
Baca Juga:
Sementara itu, harga jual minyak Brent diprediksi akan mencapai US$ 85 per barel-US$ 90 per barel pada kuartal ketiga 2024. Kemudian, pada akhir tahun, harganya diperkirakan akan berada dalam level US$ 90 per barel-US$ 95 per barel.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo mengatakan, sentimen lainnya datang dari meningkatnya ekspor minyak mentah Rusia yang juga berdampak negatif terhadap tarif minyak dunia.
Dia menyebutkan, ekspor minyak mentah Rusia tercatat hingga 14 Juli naik sebesar 200.000 barel per hari berubah menjadi 2,97 jt barel per hari, menurut data pelacakan kapal yang digunakan dikumpulkan oleh Bloomberg.
Sutopo memperkirakan bahwa penurunan biaya minyak ini akan berlangsung pada jangka panjang akibat adanya sentimen Pilpres AS, terlebih apabila Donald Trump resmi meraih kemenangan pemilihan umum tersebut. Namun, jikalau tiada maka diprediksi ke depannya nilai minyak mentah akan lanjut naik.
Baca Juga:
“Hal itu didorong oleh antisipasi permintaan material bakar yang digunakan kuat selama musim panas, teristimewa di dalam Amerika Serikat, yang dimaksud merupakan konsumen minyak terbesar di dunia,” kata Sutopo terhadap Kontan.co.id, Selasa (23/7)
Dengan begitu, beliau memperkirakan nilai tukar minyak mentah WTI akan berada di dalam level US$ 80 per barel pada akhir kuartal ketiga ini. Sedangkan pada akhir tahun, beliau memperkirakan harganya akan diperdagangkan di dalam level US$ 85 per barel-US$ 90 per barel.
Sementara untuk tarif minyak brent, Sutopo memprediksi harganya akan mencapai US$ 85 per barel-US$ 92 per barel pada kuartal ketiga 2024. Kemudian, pada akhir tahun, harganya diperkirakan akan berada ke level US$ 95 per barel.
Selanjutnya:
Menarik Dibaca:
Cek Berita lalu Artikel yang dimaksud lain dalam
Artikel ini disadur dari Joe Biden Mundur dari Pilpres AS, Harga Minyak Diprediksi Lanjut Melemah
