DKI Jakarta – Direktur Pembangunan Big Angka Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto memaparkan pemerintahan Indonesi harus dapat memacu atau meningkatkan daya beli warga secara maksimal guna mewujudkan peningkatan perekonomian domestik sebesar 8 persen.
“Kita tahu daya beli itu, kita bisa saja mengamati dari sektor konsumsi rumah tangga yang sekarang pada sikap hari ini itu masih pada keadaan turun begitu, ya dikatakan cuma pada 4,9 persen, lebih lanjut rendah dari perkembangan ekonomi. Jadi ini benar-benar alarm sebetulnya, daya beli kita harus kita bangkitkan,” kata Eko di diskusi umum di dalam Jakarta, Senin.
Eko menuturkan pemerintah perlu membangkitkan daya beli komunitas di 100 hari ke depan, lantaran konsumsi rumah tangga merupakan salah satu penggerak utama peningkatan ekonomi Indonesia.
“Kami dari Indef itu menawarkan bagaimana kemudian 100 hari pertama itu harus dapat dibuktikan mampu mengungkit daya beli masyarakat. Kalau tiada ada, itu kan kita susah untuk mampu optimis dengan ambisi 8 persen itu, kenapa? Karena lebih banyak dari separuh perekonomian Nusantara itu sebetulnya factor penentunya itu pada konsumsi, ke daya beli masyarakat,” tuturnya.
Menurut dia, secara historis peningkatan Tanah Air pernah berada ke sekitar 8 persenan, bahkan bertambah pada 10,9 persen. Pertumbuhan perekonomian 8 persen diperlukan agar Nusantara dapat berubah menjadi negara maju.
Untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga, pemerintah penting memberikan stimulus bukanlah pungutan. Eko menyatakan jikalau kelompok administered prices naik, hal itu dapat menggerus level konsumsi masyarakat.
Di sisi lain, pemerintah wajib memacu peningkatan bidang teristimewa lapangan usaha manufaktur sebab bidang manufaktur merupakan kontributor utama perkembangan perekonomian di Indonesia dan juga menerima banyak tenaga kerja. Menurut Eko, penciptaan lapangan kerja bisa saja memperbaiki daya beli rumah tangga.
“Kalau manufaktur telah beberapa bulan ini kontraksi terus, ya itu artinya PHK meningkat sebab manufaktur melambat ya otomatis kan merekan lama-lama nggak sanggup kalau pesanannya sedikit terus kemudian juga penjualannya sedikit atau menurun, bagaimana kemungkinan besar mereka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja, yang ada justru mungkin saja malah mem-PHK,” ujarnya.
Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesi pada Oktober 2024 tercatat sebesar 49,2.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Area Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan strategi yang mana disiapkan oleh otoritas untuk merawat daya beli masyarakat.
"Daya beli warga tentu kita jaga dengan beberapa inisiatif bantuan ekonomi,” kata Airlangga, pada Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (3/10).
Salah satu upaya yang dimaksud dikerjakan adalah melalui dorongan kegiatan pemeliharaan sosial (perlinsos), seperti Rencana Keluarga Harapan (PKH).
Pemerintah juga menggencarkan bantuan sosial (bansos) pangan. Terakhir kali, otoritas menyatakan bantuan beras juga daging ayam kemudian telur kembali digelontorkan untuk Agustus, Oktober, juga Desember.
Adapun upaya yang digunakan terbaru adalah terkait revisi khasiat Keamanan Kehilangan Pekerjaan (JKP). Pasalnya, jumlah keseluruhan partisipan yang tersebut terdaftar kemudian mengakses JKP melalui BPJS Ketenagakerjaan terbilang cukup rendah. Untuk itu, eksekutif akan mengkaji upaya perbaikan yang dimaksud dapat dikerjakan agar kegunaan JKP dapat terserap secara optimal.
Artikel ini disadur dari Indef: Pacu daya beli masyarakat wujudkan pertumbuhan 8 persen