Jakarta – Ukuran Harga Saham Gabungan (IHSG) lanjutkan pelemahan hingga penutupan perdagangan pertemuan 1 akhir pekan ini Hari Jumat (29/11/2024).
Hasil pantauan CNBC Indonesia, hingga penutupan pembukaan 1 tepat pukul 11.30, IHSG tercatat makin terpuruk hingga 1,18% ke level 7.115,39.
Pelemahan ini semakin tergambar dengan tercatat belaka 175 saham alami penguatan, sementara 396 saham melemah, lalu 213 saham stagnan.
Ditambah dengan nilai kegiatan yang mana mencapai Rp6,6 triliun, menunjukkan pergerakan yang dimaksud signifikan pada berada dalam tekanan pasar. Di sisi lain, jumlah perdagangan mencapai 15,4 miliar saham, dengan total 666.465 kegiatan yang tercatat dalam pertemuan tersebut.
9 dari 10 sektor saham kompak bergerak di zona merah, semata-mata sektor properti yang mana terpantau menggerakkan dalam zona hijau dengan penguatan 1,85%.
Tiga sektor yang mana menjadi beban utama dari keterpurukan ini yakni sektor Basic Materials yang alami pelemahan terdalam hingga 1,82%, disusul oleh Utilities dan Energy yang setiap alami penurunan 1,39% juga 1,62%.
Sementara dari sisi konstituen, saham perbankan, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi laggard paling pada dengan membebani hingga 20,09 indeks poin, dilanjutkan oleh saham PT Alamtri Resources Indonesi Tbk (ADRO) yang turun 19,47 poin.
Saham lainnya yang tersebut masih berubah menjadi beban terberat yakni, saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang tersebut menyeret turun 8,33 poin, PT Bank Rakyat Indonesi Tbk (BBRI) 7,23 poin, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) 4,57 poin.
Lebih lanjut keterpurukan IHSG pada perdagangans sesi 1 ini juga tertekan olehaksi jual saham PT Adaro Energy Tanah Air Tbk (ADRO) yang mana terus berlanjut.
Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Wisnubroto mengutarakan bahwa Berlanjutnya pelemahan IHSG disebabkan berlanjutnya arus modal asing mengundurkan diri dari dari bursa saham Indonesia. Penanam Modal asing telah lama mencatatkan arus modal asing meninggalkan dari pangsa saham Indonesia pada 16 hari berturut-turut.
Selain itu Rully juga menambahkan terkait pelemahan rupiah dan juga kenaikan imbal hasil dari US treasury bermetamorfosis menjadi salah satu beban IHSG. “Saya rasa pelemahan masih bisa saja berlanjut, meskipun mungkin saja tak akan terlalu sejumlah lagi. Salah satu yang tersebut berpengaruh adalah pelemahan Rupiah/penguatan indeks Dollar, kemudian juga kenaikan imbal hasil dari US treasury” ungkapnya.
Di sisi lain, pelemahan IHSG turut dipicu oleh aksi jual saham PT Adaro Energy Indonesi Tbk (ADRO) yang terus berlanjut setelahnya pembagian dividen jumbo.
Saham ADRO anjlok signifikan hingga 24,80% ke level Rp2.760 per lembar pada perdagangan sebelumnya (28/11/2024), sedangkan pada akhir pertemuan 1hari ini ADRO kembali ambruk hingga 22,83% bermetamorfosis menjadi Rp2.130 per lembar seiring langkah pemodal yang digunakan merealisasikan keuntungan pasca pembagian dividen dengan yield mencapai 36,05%.
Tekanan pada saham berkapitalisasi besar seperti ADRO ini memberikan dampak negatif terhadap pergerakan IHSG secara keseluruhan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Next Article Video: Menilik Prospek Spin Off Anak Usaha ADRO
Artikel ini disadur dari IHSG Sesi 1 Ambles 1,18%, Saham ADRO Masih Jadi Beban!