DKI Jakarta – Angka Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesi (BEI) pada Kamis, diperkirakan melakukan aksi menguat terbatas seiring optimisme adanya January Effect.
IHSG dibuka menguat 29,36 poin atau 0,41 persen ke sikap 7.109,26. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Ukuran LQ45 naik 3,52 poin atau 0,43 persen ke sikap 830,17.
"Pada awal tahun 2025 ini, IHSG diperkirakan bergerak menguat terbatas," sebut Tim Penelitian Lotus Andalan Sekuritas di kajiannya dalam Jakarta, Kamis.
Dari di negeri, pemerintah akhirnya mengumumkan penetapan Pajak Pertambahan Skor (PPN) 12 persen cuma untuk barang mewah juga untuk barang sehari-hari yang dimaksud menjadi permintaan rakyat umum dipastikan tak terdampak PPN 12 persen.
Kategori barang mewah yang dimaksud dimaksud tercantum di Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 15 tahun 2023.
Pelaku pangsa akan disuguhi sentimen penting pada pertemuan perdagangan perdana 2025, diantaranya data naiknya harga kemudian Purchasing Manager Indexs (PMI) Tanah Air yang mana merupakan indikator penting ekonomi.
Konsensus memperkirakan Skala Harga Pengguna (IHK) pada periode Desember 2024 akan naik atau mengalami pemuaian secara bulanan sebesar 0,47 persen month to month (mtm) dan juga 1,61 persen year on year (yoy).
Pada hari ini juga, akan terdapat rilis data PMI Industri Manufaktur Indonesia periode Desember 2024 yang diperkirakan akan berada dalam zona ekspansi, apabila terjadi, bermetamorfosis menjadi pertama kali sejak lima bulan beruntun berada di zona kontraksi.
Dari mancanegara, untuk 2025, pelaku pangsa memperkirakan The Fed akan memangkas 50 basis poin.
Pelaku pangsa diperkirakan akan mencermati valuasi yang besar lalu ketidakpastian seputar kebijakan pajak serta tarif dari pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump.
Investor sekarang menanti katalis baru untuk menggerakkan nilai tukar indeks. January effect berubah jadi salah satu yang digunakan diharapkan akan terbentuk ke 2025
Sementara itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) cemerlang sepanjang 2024 oleh sebab itu didorong oleh performa dari sektor teknologi.
Meskipun bukan mengalami Santa Claus rally kemudian ditutup di zona pelemahan harian pada akhir tahun, Wall Street berhasil menunjukkan performa ciamik yang dimaksud didorong oleh perkembangan Artificial Intelligence (AI) kemudian pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed).
Pada akhir perdagangan Selasa (31/12), indeks S&P 500 turun 25,14 poin, atau 0,43 persen, serta ditutup pada level 5.881,80 poin, sementara Nasdaq Composite turun 175,99 poin, atau 0,90 persen ke sikap 19.310,79, Sementara, Dow Jones Industrial Average turun 28,46 poin, atau 0,07 persen berubah menjadi 42.545,27
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain, indeks Nikkei melemah 38662 poin atau 0,00 persen ke level 39.894,54, indeks Shanghai melemah 28,62 poin atau 0,85 persen ke tempat 3.323,14, indeks Kuala Lumpur menguat 7,79 poin atau 0,47 persen ke tempat 1.634,49, juga indeks Straits Times menguat 0,74 poin atau 0,02 persen ke 3.786,55.
Artikel ini disadur dari IHSG diprediksi menguat terbatas seiring optimisme “January Effect”