Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka bangkit ke zona penguatan pada awal perdagangan sesi I Selasa (19/11/2024), ke berada dalam wait and see pangsa menanti hasil Rapat Dewan Pemimpin wilayah Bank Indonesi (RDG BI) yang telah dimulai pada hari ini.
Pada inisiasi perdagangan hari ini, IHSG dibuka menguat 0,3% ke tempat 7.155,49. Selang enam menit pasca sesi I dibuka, penguatan IHSG sedikit meningkat yakni menguat 0,35% ke 7.159,26.
Nilai operasi indeks pada awal pertemuan I hari ini sudah ada mencapai sekitar Rupiah 859 miliar dengan ukuran kegiatan mencapai 1,8 miliar lembar saham lalu sudah ada ditransaksikan banyaknya 85.574 kali.
IHSG cenderung menguat walau pemodal asing masih terus melepas saham-saham pada RI hingga kemarin. Pada perdagangan Mulai Pekan kemarin, asing kembali mencatatkan jualan bersih (net sell) atau outflow mencapai Simbol Rupiah 1,05 triliun ke bursa reguler.
Dalam sepekan terakhir, asing diketahui sudah ada net sell sebesar Mata Uang Rupiah 4,09 triliun di dalam seluruh pasar. Bahkan pada sebulan terakhir, outflow asing pada bursa saham RI telah mencapai Simbol Rupiah 16,7 triliun pada seluruh pasar.
Di lain sisi, bursa juga masih wait and see menanti kebijakan suku bunga terbaru dari bank sentral China (People’s Bank of China/PBoC) dan juga Bank Nusantara (BI) pada Rabu besok.
Rapat Dewan Kepala daerah (RDG) BI akan mulai hari ini hingga Rabu besok. Salah satu hal yang mana ditunggu pelaku pangsa adalah perihal tindakan suku bunga BI (BI rate) periode November 2024.
Sebagai catatan, pada Oktober lalu, BI menahan suku bunganya di level 6% dengan Suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan juga suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
“Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memverifikasi masih terkendalinya pemuaian di sasaran 2,5% pada 2024 kemudian 2025,” jelas Pengurus BI Perry Warjiyo di konferensi pers usai Rapat Dewan Kepala daerah di kantornya, Rabu (16/10/2024).
Kebijakan yang dimaksud ditujukan juga untuk menyokong perkembangan ekonomi dan juga menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
“Fokus kebijakan moneter jangka pendek ini pada stabilitas nilai tukar rupiah akibat meningkatnya ketidakpastian para keuangan global,” ujarnya.
Selain BI, pangsa juga menanti kebijakan suku bunga terbaru PBoC, di mana bank sentral Negeri Panda yang disebutkan juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga terbarunya besok.
China lewat Loan Prime Rate (LPR) tenor satu juga lima tahun diperkirakan pangsa masih akan menahan suku bunganya setiap sebesar 3,1% kemudian 3,6% pasca sebelumnya memangkas suku bunganya dari 3,35% serta 3,85%.
Untuk diketahui, LPR satu tahun memengaruhi pinjaman perusahaan dan juga sebagian besar pinjaman rumah tangga pada China, sementara LPR lima tahun digunakan sebagai acuan untuk suku bunga hipotek.
Langkah ini telah diperkirakan. Sebelumnya, Pengurus PBoC, Pan Gongsheng, sudah mengindikasikan bahwa tingkat suku bunga acuan pinjaman akan dipangkas 20 hingga 25 basis poin (bps).
CNBC INDONESIA RESEARCH
Next Article Usai Libur Panjang IHSG Dibuka Galau, Bakal Merana atau Bangkit?
Artikel ini disadur dari IHSG Dibuka Hijau, Naik 0,3% ke Level 7.155