Jakarta – Ukuran Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kembali menguat pada perdagangan pertemuan I hari terakhir pekan (17/1/2025), pada sedang terus membaiknya sentimen bursa pada hari ini.
Hingga pukul 11:30 WIB, IHSG menguat 0,44% ke kedudukan 7.139,1. IHSG pun kembali ke level psikologis 7.100 pada akhir perdagangan pembukaan I hari ini. IHSG masih berada di dalam level psikologis 7.100.
Nilai operasi indeks pada pertemuan I hari ini telah mencapai sekitar Simbol Rupiah 5,3 triliun dengan ukuran kegiatan mencapai 8,8 miliar lembar saham juga telah ditransaksikan banyaknya 810.173 kali. Sebnayak 222 saham menguat, 340 saham melemah, lalu 234 saham cenderung stabil.
Secara sektoral, sektor properti berubah jadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni mencapai 1,72%.
Sementara dari sisi saham, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) berubah menjadi penopang terbesar IHSG dalam pembukaan I hari ini yakni mencapai 16,4 indeks poin
Selain BREN, ada saham PT Telkom Negara Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang mana juga menopang sebesar 4,6 indeks poin, kemudian saham PT Narasumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) sebesar 4,1 indeks poin, kemudian saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar 2,3 indeks poin.
Berikut saham-saham penopang IHSG di pembukaan I hari ini.
Pergerakan IHSG pada hari ini cenderung masih dipengaruhi oleh langkah Bank Negara Indonesia (BI) yang dimaksud memangkas suku bunga serta pemuaian Amerika Serikat (AS) yang digunakan cenderung membaik.
Kebijakan suku bunga yang tersebut mengejutkan dari BI menimbulkan imbal hasil (yield) obligasi Indonesia tenor 10 tahun turun setelahnya sebelumnya mencatatkan tempat tertinggi sejak November 2022 yakni 7,298%
Yieldyang mencapai tempat puncak yang dimaksud dikarenakan pangsa dipenuhi oleh ketidakpastian, mulai dari geopolitik, keadaan ekonomi pada negeri yang digunakan tiada stabil, hingga jelang pelantikan Donald Trump sebagai presiden AS.
Akan tetapi setelahnya BI memangkas suku bunga,yieldturun ke ke tempat 7,163%.
Imbal hasil obligasi 10 tahun miliki hubungan negatif terhadap pangsa saham. Ketikayieldmelonjak, pangsa saham akan melemah, kemudian berjalan sebaliknya.
BI menurunkan suku bunga acuannya (BI-Rate) sebesar 25 basis poin (bps) berubah menjadi 5,75% pada hari ini. Hal ini adalah penurunan suku bunga pertama dalam tahun ini. Sebelumnya, BI memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada September tahun lalu.
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan saat BI menurunkan BI Rate, ini sesuai denganstanceatau pandangan bank sentral ‘prostabilityandprogrowth‘. Hal ini pun sejalan dengan masih terbukanya ruang penurunan suku bunga. Melihat dari momentumnya, BI menganggap langkah ini telah sesuai dengan dinamika yang ada.
“Nah, waktunya tentu saja, sesuai dinamika yang digunakan berjalan di dalam global juga internasional, Dan itu terus kami terus ulang-ulang dari bulan ke bulan,” kata Perry, pada paparan hasil RDG BI, Rabu (15/1/2025).
Perry pun menyatakan dinamika yang tersebut dipantau BI mencakup dinamika global juga pada negeri. BI, katanya, sudah ada memperhatikan arah kejelasan kebijakan yang tersebut teristimewa ditempuh pemerintah Negeri Paman Sam juga Fed Fund Rate.
Perry mengutarakan penurunan FFR pada tahun diyakini cuma berjumlah satu kali. Dari arah ini, BI mampu memperkirakan arah pergerakan indeks dolar.
Di lain sisi, laporan akhir Angka Harga Customer (consumer price index/CPI) Amerika Serikat untuk 2024, yang mana sekaligus menghentikan pemerintahan Joe Biden kemudian perjuangannya bertarung dengan lonjakan biaya akibat pandemi, menunjukkan bahwa kenaikan harga, kecuali untuk makanan kemudian energi, mereda menjadi 3,2% pada bulan Desember dari 3,3% pada bulan sebelumnya.
Meskipun pemuaian utama sedikit meningkat, ukuran inti yang disebut “core CPI” dianggap sebagai indikator yang tersebut lebih banyak baik dari tekanan harga jual yang tersebut mendasari.
Dengan laju kenaikan harga ke sektor perumahan yang digunakan mengecil secara signifikan, para ekonom memperkirakan laporan mendatang tentang Ukuran Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (personal consumption expenditure/PCE) untuk Desember 2024 akan melemah, bahkan kemungkinan besar turun ke bawah target 2% yang mana ditetapkan oleh bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed).
PCE digunakan sebagai acuan target naiknya harga oleh bank sentral, serta pejabat The Fed memperkirakan pelambatan yang tersebut signifikan pada beberapa bulan pertama tahun ini.
Pejabat The Fed menyatakan bahwa data yang dirilis pada Rabu menunjukkan kenaikan harga di Negeri Paman Sam terus mereda, meskipun mereka itu mencatatkan adanya ketidakpastian yang tersebut meningkat pada beberapa bulan mendatang lantaran dia mengantisipasi kebijakan awal dari pemerintahan baru Presiden Trump.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Next Article IHSG Stagnan Setelah Jokowi Reshuffle Kabinet, Ini adalah 5 Saham Movers
Artikel ini disadur dari IHSG Cerah, Sektor dan Saham Ini Penyebabnya