Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada akhir perdagangan Kamis (5/12/2024), dalam sedang sikap pemodal yang mana masih mencerna pernyataan ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) terkait kebijakan suku bunga acuan.
IHSG ditutup turun 0,18% ke sikap 7.313,31. IHSG masih berada ke level psikologis 7.300 pada akhir perdagangan hari ini.
Nilai operasi indeks pada hari ini relatif sepi atau semata-mata mencapai sekitar Mata Uang Rupiah 9,1 triliun dengan melibatkan 15,2 miliar saham yang mana berpindah tangan sebanyak-banyaknya 1,2 jt kali. Sebanyak 300 saham naik, 287 saham turun, serta 203 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor keuangan berubah menjadi penekan terbesar IHSG di dalam akhir perdagangan hari ini yakni mencapai 0,92%.
Sejalan dengan sektor keuangan yang dimaksud membebani IHSG paling besar, beberapa emiten perbankan raksasa berubah jadi penekan IHSG yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang mana mencapai 18 indeks poin, PT Bank Rakyat Nusantara (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 10,2 indeks poin, kemudian PT Bank Negara Nusantara (Persero) Tbk (BBNI) sebesar 4,7 indeks poin.
Selain itu, adapula emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesi (Persero) Tbk (TLKM) yang digunakan juga membebani IHSG pada pertemuan I yakni mencapai 8 indeks poin.
IHSG berbalik merana berlangsung setelahnya bank sentral Negeri Paman Sam (Federal Reserve/The Fed) mengindikasikan akan berhati-hati pada memangkas suku bunga acuannya kedepan.
Ketua The Fed, Jerome Powell menyatakan bahwa perekonomian Amerika Serikat pada waktu ini tambahan kuat dibandingkan yang tersebut diperkirakan bank sentral pada September setelah itu saat mulai menurunkan suku bunga. Ia juga memberikan sinyal bahwa ia menggalang langkah yang mana lebih besar hati-hati di pemotongan suku bunga ke depan.
“Ekonomi Negeri Paman Sam berada di keadaan yang sangat baik lalu tidaklah ada alasan untuk itu tiada berlanjut. Risiko penurunan dalam bursa tenaga kerja tampaknya lebih banyak kecil, peningkatan jelas lebih tinggi kuat dari yang digunakan kami duga, juga naiknya harga sedikit lebih lanjut tinggi,” kata Powell di acara New York Times.
Powell juga menjelaskan bahwa pemotongan suku bunga setengah poin pada September tak lama kemudian dirancang untuk mengirimkan sinyal kuat bahwa The Fed akan membantu bursa tenaga kerja jikalau terus melemah. Namun, pada beberapa bulan setelahnya, data revisi menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi lebih lanjut kuat dari perkiraan semula.
Sebelumnya pada Rabu kemarin, dua pejabat The Fed lainnya yakni Presiden The Fed St. Louis Alberto Musalem dan juga Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin, menyatakan bahwa mereka itu masih mengawaitu data sebelum memutuskan apakah suku bunga diperlukan diturunkan lagi.
Indeks harga jual pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), yang digunakan menjadi ukuran utama naiknya harga AS, sudah berjalan stagnan ke kisaran 2,6%-2,8% sejak Mei, jarak jauh ke berhadapan dengan target 2% bank sentral.
Meskipun para pejabat The Fed optimis bahwa tekanan biaya akan mereda, dia tetap ingin meninjau bukti konkret sebelum melanjutkan pemotongan suku bunga lebih lanjut jauh.
Sementara itu, data dunia usaha lainnya menunjukkan hasil yang digunakan beragam. Penjualan otomotif Negeri Paman Sam dalam November mencapai level tertinggi di lebih lanjut dari tiga tahun, menunjukkan konsumsi permanen kuat.
Namun, survei usaha utama menunjukkan beberapa pendinginan pada sektor jasa, dengan perasaan khawatir tentang tarif impor baru yang mana dapat meningkatkan harga.
Powell menekankan bahwa tindakan kebijakan The Fed pada waktu ini sepenuhnya didasarkan pada keadaan sektor ekonomi ketika ini, tidak pada kebijakan yang dimaksud mungkin saja diterapkan ke masa depan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Next Article Potret Euforia IHSG Kembali ke 7.300-an
Artikel ini disadur dari IHSG Berakhir di Zona Merah Tertekan Kinerja Emiten Perbankan