Ibukota Indonesia – Ekonom Bank Mandiri Dian Ayu Yustina memproyeksikan, suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-Rate akan terus ditahan pada level 6 persen pada pengumuman hasil Rapat Dewan Pemimpin wilayah (RDG) BI Bulan Januari 2025 pada Rabu ini.
“Kami meninjau BI masih akan menahan suku bunga pada 6 persen, untuk mempertahankan stabilitas perekonomian, sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian global yang dimaksud memberi tekanan pada pangsa keuangan domestik,” kata Dian yang mana merupakan Head of Macroeconomic and Financial Market Research Bank Mandiri ketika dihubungi ANTARA dalam Jakarta, Rabu.
Namun demikian, Bank Mandiri mengamati bahwa BI masih miliki ruang untuk penurunan BI-Rate pada tahun ini meskipun akan sangat tergantung dengan keadaan global, khususnya terkait kebijakan fiskal serta moneter di Amerika Serikat (AS) setelahnya pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Negeri Paman Sam yang baru.
“Perkiraan kami (pemangkasan BI-Rate) 50 bps (basis point) ke semester 2 (2025),” ujar Dian.
Hal senada juga disampaikan oleh Head of Macroeconomic and Financial Market Research PermataBank Faisal Rachman yang mana memperkirakan BI-Rate tetap berada pada level 6 persen, sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian global menuju pelantikan Trump teristimewa terkait dengan rencana inward-looking.
“Hal ini diprediksi akan menyebabkan tingkat kenaikan harga Amerika Serikat sulit untuk turun menuju target sasaran 2 persen,” ujar Faisal.
Ia menambahkan bahwa sinyal dari beberapa pejabat bank sentral Amerika Serikat atau The Fed juga telah mengindikasikan kemungkknan besar penundaan pemotongan lanjutan Federal Funds Rate (FFR).
“Bahkan market sendiri sudah ada meninjau ruang pemotongan FFR dalam tahun ini belaka 25 bps, lebih banyak rendah dari outlook The Fed pada bulan Desember tak lama kemudian yang dimaksud sebesar 50 bps,” kata Faisal.
Risiko global yang digunakan meningkat teristimewa dari kemungkinan terjadinya trade war 2.0 juga high-for-longer rate suku bunga The Fed, jelas Faisal, akan menyebabkan naiknya risk-off sentiment, melebarkan current account deficit atau defisit operasi berjalan, kemudian memicu capital outflow, yang tersebut berujung pada pelemahan nilai tukar rupiah. Hal ini akan memicu terjadinya imported inflation.
Faisal mengatakan, PermataBank sendiri meninjau ruang penurunan BI-Rate pada paruh pertama 2025 akan cenderung tertutup. Pada paruh kedua tahun ini, ada potensi terbuka pemangkasan BI-Rate namun masih akan sangat bergantung pada situasi global dan juga domestik.
“All in all (secara keseluruhan), kami semata-mata meninjau ruang pemotongan sebesar 25 bps untuk BI-Rate ke tahun ini yang mana mungkin saja terbentuk pada paruh kedua 2025,” kata Faisal.
Artikel ini disadur dari Ekonom proyeksikan BI-Rate ditahan di level 6 persen pada RDG Januari