Selamat jalan Pak Hamzah Haz. Kita kehilangan lagi politisi negarawan, sekaligus penulis, pemikir kemudian kolumnis yang dimaksud rajin memberikan pencerahan….
Jakarta – Ekonom Didik Rachbini mengkaji bukan ada penjaga anggaran pendapatan juga belanja negara (APBN) seperti Hamzah Haz.
“Selamat jalan Pak Hamzah Haz. Kita kehilangan lagi politisi negarawan, sekaligus penulis, pemikir juga kolumnis yang digunakan rajin memberikan pencerahan masalah-masalah kegiatan ekonomi politik, hal kenegaraan, khususnya urusan politik anggaran serta APBN,” ucapannya di informasi tertulis, di dalam Jakarta, Rabu.
Menurut dia, Hamzah Haz merupakan politisi tekun di menulis permasalahan urusan politik APBN ke media massa pada akhir 1980-an lalu 1990an, juga menekuni pada praktik kenegaraan pada waktu pembahasan-pembahasan di dalam Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), di mana dirinya berubah jadi pimpinan partai oposisi yang digunakan loyal.
Politisi yang dimaksud dinilai sebagai pemimpin yang tersebut matang, negarawan, pemikir, juga menyukai gagasan-gagasan bangsa pada bidang urusan politik juga ekonomi.
“Apa yang digunakan bisa jadi ditiru dari Hamzah Haz? Janji terhadap kepentingan nasional secara keseluruhan tanpa meninggalkan aspek realitas serta rasional. Berbeda dengan pemimpin yang mana idealis utopis, yang tidaklah berpijak pada kenyataan,” ujar Didik.
Sebagai contoh, ketika terjadi krisis APBN 20 tahun yang tersebut lalu, Hamzah Haz dinyatakan turun gunung untuk mengambil bagian menyelesaikan permasalahan tersebut. Pro kontra perihal kenaikan biaya material bakar minyak (BBM) memuncak yang sanggup mengarah ke pada keadaan krisis politik.
Sikap yang mana diambil Hamzah Haz selaku mantan Wakil Presiden juga Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) adalah terlibat segera pada lobi-lobi untuk mengatasi krisis APBN sekaligus peluang krisis politik.
“Subsidi untuk barang adalah pemborosan lalu harus diganti bermetamorfosis menjadi subsidi untuk orang. Hamzah Haz terlibat mendinginkan suasana, meskipun tidak ada populer kemudian menyetujui kenaikan nilai tukar BBM dengan alasan kenaikan yang dimaksud sebagai pilihan rasional,” katanya.
Dalam hal ini, ujar ia lagi, Hamzah Haz tergolong pemimpin yang pro kebijakan harus berbasis bukti (evidence based policy). Jika kebijakan pemerintah populis yang digunakan anti rasional dijalankan oleh partai politik, maka pro kontra yang disebutkan dikatakan akan datang mengarah terhadap krisis urusan politik kemudian akan menghasilkan permasalahan baru gabungan krisis APBN, krisis politik, hingga berubah menjadi krisis sektor ekonomi rakyat.
“Tidak ada lagi penjaga APBN seperti Hamzah Haz,” ujar Didik.
Wakil Presiden (Wapres) Ke-9 Republik Indonesi Hamzah Haz meninggal dunia, Rabu pagi, pukul 09.30 Waktu Indonesia Barat dalam Klinik Tegalan, Jakarta.
Sekretaris Jenderal PPP Arwani Thomafi, ketika dikonfirmasi di dalam Jakarta, Rabu, membenarkan informasi terkait berpulangnya Wapres RI periode 2001-2004.
Artikel ini disadur dari Didik Rachbini menilai tak ada penjaga APBN seperti Hamzah Haz