Jakarta – Pasar saham Nusantara terpantau cerah bergairah pada perdagangan pertemuan I Kamis (16/1/2025). Skala Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat dalam level 7.112 pada pukul 10.19 WIB. Pelaku lingkungan ekonomi cenderung masih akan menimbang dampak dari dipangkasnya suku bunga acuan Bank Indonesi (BI) kemarin.
Bahkan, pada membuka pertemuan I hari ini, IHSG dibuka naik dengan cepat tambahan dari 1%. Secara sektoral, sektor keuangan berubah menjadi penopang terbesar IHSG di dalam awal pertemuan I hari ini.
Analis Senior Investment Information Mireae Nafan Aji Gusta mengaku, kebijakan BI di menurunkan suku bunga BI pada awal tahun ini berada dalam luar perkiraan. Menurutnya, penurunan suku bunga acuan sebenarnya dapat direalisasikan pada Desember 2024 lalu. Namun, Ia mengapresiasi upaya BI pada waktu ini untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah.
“Memang sebenarnya langkah BI menurunkan suku bunga acuan ke Januari menurut hemat saya sangat tepat,” ujarnya ketika dihubungi oleh CNBC Indonesia, Kamis (16/1).
Nafan menjabarkan, kebijakan bank sentral Tanah Air ini mengakibatkan angin segar bagi sektor perbankan. “Ini memang sebenarnya menimbulkan kinerja saham perbankan ya alhamdulillah mengalami penguatan kemudian penguatannya masih berlanjut ya,” sebutnya.
Namun, Ia mengingatkan, berlangsung lama atau tidaknya penguatan saham perbankan akan dipengaruhi oleh perilaku para penanam modal untuk melakukan aksi profit taking. Apalagi pada waktu ini bola sedang menyoroti pelantikan presiden terpilih Donald Trump. Hal itu turut mempengaruhi saham-saham ke sektor perbankan.
“Kita akan meninjau bagaimana Trump effect berlangsung dan seberapa besar efeknya terhadap market,” sebutnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus yang mana mengutarakan sentimen terbesar saham bank melaju kencang akibat imbas dari kebijakan BI
“Penurunan tingkat suku bunga tentu akan mengupayakan peningkatan daya beli kemudian konsumsi, yang dimaksud dimana ada peluang penyaluran kredit juga akan mengalami kenaikan,” ucapnya.
Selain itu, imbas positif penurunan suku bunga acuan ini akan berdampak pada peningkatan daya beli kemudian konsumsi.
Namun, apakah penguatan bank akan berlangsung lama bergantung dengan situasi dan juga keadaan yang digunakan ada secara global. Apalagi, apabila mengawasi secara global sentimen yang tersebut paling mempengaruhi dimana kenaikan harga inti Amerika semalam mengalami penurunan, sehingga menjaga asa penurunan tingkat suku bunga The Fed.
“Hal ini yang semakin menghasilkan saham saham perbankan mengalami kenaikan hari ini,” pungkasnya.
Sebagai informasi, emiten perbankan raksasa kembali mendominasi penopang IHSG di dalam pertemuan I, dengan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berubah jadi yang digunakan paling besar yakni mencapai 31,9 indeks poin.
Selain BMRI, ada saham PT Bank Rakyat Nusantara (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 17,6 indeks poin, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 6,6 indeks poin, serta saham PT Bank Negara Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar 5,4 indeks poin.
Tak semata-mata saham bank raksasa, adapula saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan juga saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang mana juga menopang IHSG masing-masing sebesar 4,6 dan juga 3,8 indeks poin.
IHSG bergairah pasca diturunkannya suku bunga acuan BI. BI menurunkan suku bunga acuannya (BI-Rate) sebesar 25 basis poin (bps) berubah jadi 5,75% pada hari ini. Ini adalah adalah penurunan suku bunga pertama dalam tahun ini. Sebelumnya, BI memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada September tahun lalu.
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan sewaktu BI menurunkan BI Rate, ini sesuai denganstanceatau pandangan bank sentral ‘prostabilityandprogrowth’. Hal ini pun sejalan dengan masih terbukanya ruang penurunan suku bunga. Melihat dari momentumnya, BI menyimpulkan langkah ini sudah ada sesuai dengan dinamika yang dimaksud ada.
“Nah, waktunya tentu saja, sesuai dinamika yang dimaksud terbentuk pada global dan juga internasional, Dan itu terus kami terus ulang-ulang dari bulan ke bulan,” kata Perry, pada paparan hasil RDG BI, Rabu (15/1/2025).
Perry pun memaparkan dinamika yang mana dipantau BI mencakup dinamika global serta di negeri. BI, katanya, telah memperhatikan arah kejelasan kebijakan yang dimaksud khususnya ditempuh pemerintah Amerika Serikat lalu Fed Fund Rate (FFR).
Perry mengutarakan penurunan FFR pada tahun diyakini cuma sebanyak satu kali. Dari arah ini, BI bisa jadi memperkirakan arah pergerakan dolar indeks (DXY).
“Bukan kami menanti semuanya jelas tapi kan pengambilan tindakan harus menanti kepastian, walaupun belum jelas-jelas banget,” paparnya.
Kedua, dari sisi domestik, BI mencermati bahwa pemuaian di negeri cukup rendah lalu akan kekal rendah ke depannya. Dengan pemuaian rendah, maka ruang penurunan suku bunga terbuka ke depannya.
Selain itu, BI yakin nilai tukar rupiah ketika ini masih stabil juga sejalan dengan nilai fundamentalnya.
“Dan kami menakar nilai tukar itu sejalan dengan nilai fundamentalnya. Skenario nilai tukar sekarang serta ke depan konsistensi dengan pengendalian inflasi,” ujar Perry.
Pertimbangan terakhir, kata Perry, adalah data survei kegiatan ekonomi BI. BI mengawasi ada kecenderungan peningkatan ekonomi lebih tinggi rendah pada tahun ini. Pelemahan ini sudah pernah muncul sejak kuartal IV-2024 yang digunakan diperkirakan akan lebih tinggi rendah dari perkiraan.
“(Pertumbuhan ekonomi) 2024 sedikit lebih lanjut rendah dari 5% tapi ke melawan 5 ,1%. Tahun 2025, yang titik tengahnya 5,2% itu lebih lanjut rendah jadi 4,7%-5,5%. Jadi ini timing untuk penurunan suku bunga untuk menciptakan growth story yang dimaksud lebih besar baik,” ungkapnya.
Next Article Situasi Mulai Berubah, BI Rate Saatnya Turun!
Artikel ini disadur dari BI Rate Turun Jadi Angin Segar Bagi Saham Bank, Ini Alasannya