Ibukota – Bank Tanah Air (BI) terus menggerakkan peningkatan peningkatan kredit, diantaranya dengan meningkatkan kekuatan strategi Likuiditas Makroprudensial (KLM) mulai Januari 2025 yang akan diarahkan untuk menggalakkan kredit perbankan yang dapat membantu pertumbuhan lalu penciptaan lapangan kerja.
“Mulai tanggal 1 Januari 2025, BI akan memberlakukan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang mana baru, yang difokuskan pada sektor-sektor yang dimaksud mengakomodasi lapangan kerja, ada pertanian, perdagangan, perumahan, lapangan usaha pengolahan, juga sebagainya,” kata Deputi Pemuka BI Juda Agung pada konferensi pers Hasil Rapat Dewan Pemuka (RDG) BI Periode Desember 2024 dalam Jakarta, Rabu.
Lebih lanjut, Juda menyampaikan bahwa BI sudah ada mencoba melakukan simulasi untuk KLM yang digunakan baru untuk mengawasi bagaimana dampaknya terhadap likuiditas perbankan per 1 Januari 2025.
“Total likuiditas yang dimaksud akan diterima bank kami perkirakan sebesar Rp290 triliun, naik dari total yang diterima oleh bank pada bulan Desember 2024 sebesar Rp251 triliun. Ada kenaikan tambahan likuiditas sebesar Rp39 triliun, dari Rp251 triliun ke Rp290 triliun,” kata Juda.
Ia mengungkapkan bahwa total terdapat 124 bank yang mana akan menerima insentif likuiditas tersebut. Rinciannya, banyaknya 5 bank BUMN akan menerima sebesar Rp126 triliun, 73 Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) sebesar Rp129 triliun, 39 Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar Rp30 triliun, juga 7 Kantor Unit Bank Luar Negeri (KCBA) sebesar Rp4,9 triliun.
“Berbeda dengan yang tersebut lama, semua bank akan menerima oleh sebab itu sektornya memang sebenarnya sektor yang mana seperti perdagangan itu kan berbagai sekali kreditnya sehingga semua bank akan menerima, totalnya Rp290 triliun,” kata Juda.
Pada kesempatan yang dimaksud sama, Pengelola BI Perry Warjiyo mencatatkan bahwa perkembangan kredit atau pembiayaan pada November 2024 terus kuat yakni mencapai 10,79 persen (year-on-year/yoy).
Dari sisi penawaran, kuatnya peningkatan kredit dipengaruhi oleh terjaganya minat penyaluran kredit perbankan, berlanjutnya realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, dan juga besarnya dukungan pendanaan dari pertumbuhan DPK.
Menurut BI, perkembangan kredit perbankan juga dipengaruhi adanya dampak positif KLM BI yang tersebut disalurkan terhadap sektor-sektor prioritas seperti sektor pengembangan lebih lanjut minerba juga pangan, sektor otomotif, perdagangan dan juga listrik, gas dan juga air (LGA), sektor pariwisata lalu ekonomi kreatif, dan juga UMKM lalu hijau.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja bidang usaha korporasi yang dimaksud terjaga, satu di antaranya pada korporasi yang dimaksud berorientasi ekspor.
Berdasarkan kelompok penggunaan, peningkatan kredit modal kerja, kredit investasi, serta kredit konsumsi, per individu sebesar 8,92 persen (yoy), 13,77 persen (yoy), serta 10,94 persen (yoy) pada November 2024. Biaya syariah tercatat berkembang sebesar 11,24 persen (yoy), sementara kredit UMKM berkembang 4,02 persen (yoy).
“Dengan perkembangan tersebut, peningkatan kredit pada 2024 diprakirakan kekal berada pada kisaran 10-12 persen juga akan meningkat pada 2025 pada kisaran 11-13 persen,” kata Perry.
Artikel ini disadur dari BI: KLM Januari 2025 fokus pada sektor yang serap lapangan kerja