Bappenas harap HLF-MSP 2024 hasilkan kolaborasi atasi isu-isu global

Bappenas harap HLF-MSP 2024 hasilkan kolaborasi atasi isu-isu global

Sejumlah keadaan yang dimaksud diperparah oleh pandemi Wabah yang digunakan menerpa hampir ke seluruh dunia.

Jakarta – Deputi Sektor Politik, Hukum, Perlindungan kemudian Keselamatan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bogat Widyatmoko mengharapkan High-Level Wadah on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF-MSP) 2024 menghasilkan kembali kolaborasi mengatasi beraneka isu global.

Pertama adalah global polycrisis yang diakibatkan tensi kebijakan pemerintah antara Rusia-Ukraina lalu wilayah-wilayah lainnya.

“Kita juga mengalami triple planetary crisis, yaitu mulai dari pembaharuan iklim, kemudian berkurangnya keanekaragaman hayati, polusi, dan juga kita juga mengalami apa yang digunakan dinamakan trust deficit. Artinya, kita mengalami penurunan trust dari kerja sejenis multilateral. Kita meninjau bahwasanya beberapa negara intensitas kerjasamanya relatif berkurang jikalau dibandingkan dengan satu dekade yang digunakan lalu,” ujar Bogat pada media briefing secara virtual dengan tema “Peranan Negara Indonesia sebagai Tuan Rumah HLF-MSP lalu Indonesia-Africa Diskusi (IAF) ke-2 2024, ke Jakarta, Kamis.

Sejumlah status yang dimaksud diperparah oleh pandemi Pandemi yang menerpa hampir ke seluruh dunia.

Masalah-masalah ini berdampak pada melebarnya kesenjangan penyelenggaraan antara negara-negara Selatan-Utara, kemudian terhambatnya pencapaian jadwal Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) 2030.

Di sisi lain, Nusantara sudah menetapkan visi di Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 untuk dapat mengawasi pada solidaritas global.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, Negara Indonesia menginisiasi HLF MSP 2024 pada 1-3 September 2024 ke Bali dengan tema "Strengthening Multi-Stakeholder Partnerships: Towards a Transformative Change”.

“Ini adalah forum kolaborasi dengan negara-negara, baik Selatan-Selatan maupun North-South (Utara-Selatan) untuk dapat mengatasi impact (dampak) yang digunakan terbentuk di bumi pada waktu ini,” ujar Bogat pula.

Menurut dia, perubahan struktural dibutuhkan dikarenakan selama ini dunia membutuhkan suatu tatanan baru pada governance system untuk mengatasi polycrisis (krisis simultan lantaran sekarang ini berada di volatilitas dengan kombinasi krisis).

Selain itu, dibutuhkan pula pembaharuan kemudian kolaborasi yang mana berorientasi untuk hasil untuk berubah jadi katalisator bagi pencapaian Suistainable Development Goals (SDGs) maupun mempersempit kesenjangan antara Global North lalu Global South.

“Di di forum ini, kita juga paling tidaklah bisa jadi mengidentifikasikan dan juga menyepakati beberapa rencana-rencana yang dimaksud tentu sekadar berorientasi untuk aksi-aksi untuk menguatkan atau menguatkan upaya kolektif kita di pada mobilisasi resources, kemudian bagaimana kita berbagi pengalaman, berbagi tanggung jawab, juga bagaimana kita dapat meningkatkan impact pada bidang usaha bersama,” kata beliau lagi.

Upaya mencapai beragam target yang dimaksud akan direalisasikan dengan perniagaan yang digunakan bersifat inklusif, sehingga ditemukan solusi inovatif lalu efektif

Yang tambahan penting lagi adalah, melalui forum ini kita butuh atau melakukan bidang usaha yang mana bersifat inklusif. Dengan demikian, melalui usaha itu kita mengharapkan juga bahwasanya kita akan menemukan solusi yang digunakan inovatif serta efektif, kata beliau lagi.

“Forum ini adalah forum yang tersebut sifatnya sangat sinergis, kolaboratif, juga tentu sekadar akan saling menyokong satu forum dengan forum lainnya,” ujarnya.

Pertemuan internasional yang tersebut akan berlangsung selama tiga hari ini mengundang seribu peserta, dari kepala negara/pemerintah, kepala organisasi internasional, pejabat pemerintah setingkat menteri, bank pengerjaan multilateral, swasta, organisasi penduduk sipil, filantropi, hingga akademisi.

Pembukaan forum akan dilaksanakan secara kolaboratif, gabungan HLF MSP 2024 oleh Kementerian PPN/Bappenas dan juga Indonesia-Africa Wadah II oleh Kementerian Luar Negeri.

Dalam HLF MSP 2024, Tanah Air akan fokus pada tiga isu global, yaitu Multi-Stakeholder Partnerships for Strengthening South-South and Triangular Cooperation, Enhancing Welfare and Sustainability through Sustainable Economy, juga Advancing Development through lnnovative Financing.

Artikel ini disadur dari Bappenas harap HLF-MSP 2024 hasilkan kolaborasi atasi isu-isu global

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *