DKI Jakarta – Analis saham sekaligus Penggagas Stocknow.id Hendra Wardana menyampaikan bahwa pelemahan saham- saham perbankan pada lingkungan ekonomi saham Indonesi seiring dengan pemodal asing yang melakukan aksi jual bersih (foreign net sell), sebagai upaya mengantisipasi kebijakan ekonomi Amerika Serikat ke bawah kepemimpinan Donald Trump.
Ia menyebut, tekanan terhadap nilai tukar rupiah kemudian bursa saham Indonesia, memproduksi pemodal asing lebih banyak selektif di memilih saham khususnya pada sektor yang dimaksud rentan terhadap fluktuasi nilai tukar.
“Faktor-faktor eksternal seperti kebijakan ekonomi Amerika Serikat di bawah Donald Trump, yang dimaksud menguatkan dolar AS, turut mempengaruhi aksi jual beli asing,” ujar Hendra pada waktu dihubungi oleh Antara ke Jakarta, Rabu.
Selain itu, Hendra menjelaskan, pengetatan likuiditas pada sektor perbankan, dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) mendekati 95 persen pada beberapa bank besar, meningkatkan perasaan khawatir terhadap likuiditas serta biaya dana.
“Yang pada akhirnya mempengaruhi margin bunga bersih (NIM) juga profitabilitas bank,” ujar Hendra.
Secara spesifik, Ia menjelaskan untuk PT Bank Rakyat Tanah Air Tbk (BBRI) yang fokus pada pembiayaan segmen Usaha Mikro, Kecil, serta Menengah (UMKM), sangat terpengaruh oleh kenaikan kredit macet pada segmen ini.
“Investor asing mengawasi risiko yang meningkat dari kredit bermasalah tersebut, sehingga merekan tambahan memilih untuk berjualan saham BBRI di jumlah total besar, yang kemudian menekan tarif saham serta mencerminkan sentimen negatif terhadap prospek keuangan bank ini,” ujar Hendra.
Untuk PT Bank Negara Nusantara Tbk (BBNI), Ia menjelaskan bermetamorfosis menjadi target aksi jual penanam modal asing akibat perlambatan laju perkembangan kredit lalu peningkatan biaya pencadangan untuk kredit bermasalah.
“Kekhawatiran terhadap perkembangan laba yang digunakan lebih besar lambat juga kemungkinan risiko yang mana masih membayangi sektor kredit berubah menjadi alasan utama di balik aksi jual ini, yang mana pada akhirnya memberikan tekanan tambahan pada kinerja saham BBNI,” ujar Hendra.
Sementara itu, untuk PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) kemudian PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Ia mengumumkan adanya kepercayaan penanam modal asing terhadap kinerja dan juga prospek kedua bank tersebut.
Dengan eksposur yang mana lebih lanjut rendah terhadap segmen kredit yang digunakan berisiko membesar seperti UMKM, Ia mengatakan BMRI mampu mendebarkan minat pemodal asing yang mana mencari stabilitas di berada dalam tantangan sektor ekonomi global.
Terkait BBCA, Ia menyampaikan stabilitas lalu manajemen risiko yang mana baik dari BBCA menimbulkan saham bank yang dimaksud menjadi pilihan utama bagi penanam modal asing,
“Bahkan di berada dalam ketidakpastian ekonomi, kepercayaan dia terhadap kemampuan BBCA untuk kekal berkembang juga mempertahankan profitabilitasnya berubah menjadi alasan di dalam balik pembelian bersih yang mana signifikan ini,” ujar Hendra.
Dalam kesempatan ini, Hendra berharap ke depan program-program baru dari pemerintah, seperti peningkatan daya beli masyarakat, insentif perpajakan, juga pembatalan kenaikan PPN 12 persen dapat memperbaiki kinerja perbankan di Tanah Air.
Lanjutnya, prediksi peningkatan kredit pada tahun 2025 pada level 9-10 persen juga mampu menjadi katalis positif, teristimewa apabila likuiditas dapat dikelola dengan lebih lanjut baik.
“Hal ini menunjukkan bahwa meskipun beberapa bank besar mengalami aksi jual bersih oleh asing, prospek pemulihan tetap ada, tergantung pada bagaimana kebijakan lalu strategi diimplementasikan untuk menghadapi tantangan yang dimaksud ada,” ujar Hendra.
Artikel ini disadur dari Analis : Saham perbankan lesu seiring asing antisipasi kebijakan Trump